REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pendapat tentang berapa rakaat shalat tarawih. Pendapat pertama, shalat itu dilaksanakan 11 rakaat, termasuk di dalamnya witir tiga rakaat sebagai penutup. Tata caranya, dua rakaat diakhiri dengan salam. Demikian berulang kali hingga genap delapan rakaat. Untuk kemudian, pengamalnya menunaikan shalat witir tiga rakaat.
Terkait ini, ada pula hadis. "Dari Abu Salamah bin Abdirrahman, ia bertanya kepada Aisyah RA, 'Bagaimanakah shalat Rasulullah SAW di bulan Ramadhan?' Aisyah RA menjawab, 'Rasulullah SAW tidak pernah menambah di dalam Ramadhan dan di luar Ramadhan lebih dari 11 rakaat.
Beliau shalallahu 'alaihi wasallam shalat empat rakaat. Jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat empat rakaat. Jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian, beliau shalat tiga rakaat.'"
Menurut Ustaz Abdul Somad (UAS), hadis itu bermakna bahwa Nabi SAW shalat empat rakaat, kemudian berhenti untuk istirahat, lalu shalat empat rakaat lagi untuk menggenapkan tarawih.
Pendapat kedua menyarankan shalat tarawih itu 20 rakaat, yakni termasuk tiga rakaat witir. Hal itu berdasarkan keyakinan, tak ada keterangan yang pasti tentang jumlah rakaat shalat tarawih yang dikerjakan Nabi Muhammad SAW.
Rujukannya kemudian perilaku para sahabat Nabi SAW dan generasi tabiin. Mengutip buku Argumentasi Tarawih 20 Rakaat: Risalah Amaliah Kaum Nahdliyin (disusun Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama Jawa Barat), Musnad Ibn al-Ja’d menyebutkan sebagai berikut.
"Mereka (para sahabat Nabi SAW) melaksanakan shalat malam pada masa Umar bin Khaththab RA pada bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaat."
Cara shalat itu adalah: tiap dua rakaat, salam, sehingga diakhiri dengan satu rakaat witir. Dalam pada itu, ada lima kali istirahat.
Pada akhirnya, shalat 11 atau 23 rakaat itu masih lebih baik daripada mereka yang tidak sama sekali shalat tarawih. Simaklah hadis Rasulullah SAW ini, “Barangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan karena keimanan dan pengharapan ridha Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.”