Ahad 09 Jul 2023 17:07 WIB

Kader Muda Lingkungan Kampung Edukasi Sampah

Kader Muda Lingkungan kampung edukasi sampah berikan edukasi anak yatim. .

Red: Yogi Ardhi

30 anak yatim binaan Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar mengelola sampah. (FOTO : Dok Republika )

30 anak yatim binaan Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar mengelola sampah. (FOTO : Dok Republika )

30 anak yatim binaan Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar mengelola sampah. (FOTO : Dok Republika )

30 anak yatim binaan Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar mengelola sampah. (FOTO : Dok Republika )

30 anak yatim binaan Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar mengelola sampah. (FOTO : Dok Republika )

30 anak yatim binaan Laznas Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar mengelola sampah. (FOTO : Dok Republika )

inline

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO – Sebanyak tiga puluh anak yatim binaan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Lembaga Manajemen Infaq (LMI) belajar kelola sampah sambil bermain dengan berbagai permainan tradisional, sekaligus melatih motorik kasar di Kampung Edukasi Sampah, Ahad (9/7/2023).

 

Kegiatan edukasi tersebut dilakukan pada anak-anak yatim binaan Laznas LMI sekaligus untuk mengisi libur sekolah mereka diajak serta belajar sekaligus bermain di Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo. Kampung Edukasi Sampah merupakan tempat yang dijadikan role modeling dalam pengelolaan sampah dan lingkungan bagi masyarakat, kader lingkungan, pengurus RT dan RW serta siswa sekolah mulai dari play grup hingga mahasiswa.

 

Reris Pratama Putra, koordinator kader muda lingkungan Kampung Edukasi Sampah yang memfasilitasi kegiatan mengatakan bahwa pengelolaan sampah masih menjadi masalah serius diberbagai tempat, bahkan dari sumbernya yaitu rumah, sehingga edukasi pengelolaan sampah harus dilakukan sejak usia dini. 

 

“Sangat penting penanaman dan pembentukan karakter baik dan positif bagi anak usia dini, sehingga anak-anak perlu diajak langsung praktek mengelolaan dilingkungan yang nyata” ungkapnya saat di lokasi.

 

“Kegiatan seperti ini akan mampu menanamkan perilaku sadar dan bijak terhadap sampah, yang akan tertanam sedini mungkin pada anak sehingga akan membentuk anak sadar dan bijak terhadap sampah dan lingkungannya. Pembiasaan dan penanaman perilaku bijak kelola sampah akan menjadi sebuah budaya” kata Reris.

 

“Kami bersama generasi muda yang tergabung dalam Kader muda Lingkungan Kampung Edukasi Sampah membuat program edukasi kelola sampah pada usia sekolah. Salah satu langkah yang kami lakukan adalah memberikan edukasi kepada anak usia sekolah dengan mengenalkan dan mempraktikkan cara pemilahan dan pengolahan sampah” jelas Reris.

 

Ozi Riyanto selaku perwakilan Laznas LMI mengatakan bahwa kegiatan edukasi yatim peduli lingkungan tersebut merupakan program perdana, sebuah program edukatif dengan melibatkan dan mengajak serta anak-anak yatim dan dhuafa untuk belajar tentang mengelola sampah dan sekaligus bermain di Kampung Edukasi Sampah.

 

“Dalam kegiatan ini tak hanya untuk mengisi waktu libur sekolah, namun juga edukasi didapatkan, namun juga anak-anak berkesempatan bermain dan juga menjadi sebuah kegiatan social berupa pemberian santunan serta bingkisan kepada para anak yatim dan dhuafa”, kata Ozi, sapaan akrabnya.

 

“Kami mengajak para dermawan dan donatur untuk ikut bergabung bersama Laznas LMI mendukung program ini, yaitu program edukasi yatim peduli lingkungan”, tambahnya.

 

Sementara itu, Edi Priyanto pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah mengaku gembira dan sekaligus mengapresiasi atas program yang digagas anak-anak muda di wilayahnya tersebut, karena mampu menarik minat dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk Laznas LMI yang mengajak anak-anak yatim binaannya untuk belajar kelola sampah. 

 

“Generasi muda utamanya anak dan remaja usia sekolah perlu diajak untuk ikut peduli terhadap lingkungan salah satunya harus peduli terhadap permasalahan sampah. Anak-anak harus ditanamkan sejak dini, bahwa sampah tidak boleh dibuang sembarangan karena akan memberikan dampak buruk bagi lingkungannya”, tegas Edi.

 

“Mereka harus diajarkan tentang praktek bagaimana memilah sampah organik dan anorganik dirumahnya, demikian juga mampu memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik didaur ulang atau menjadi kerajinan dan souvenir”, ujar Edi

 

Edi kembali menambahkan bahwa dengan dibangunnya kesadaran anak usia dini akan pentingnya memilah dan mengolah sampah dari rumah, akan menjadi sebuah budaya baru dengan terjadinya peningkatan kepedulian terhadap lingkungan dan semakin bijak dalam mengelola sampah. 

 

“Bijak kelola sampah mulai dari rumah tangga apabila dilakukan secara konsisten pada akhirnya akan memberikan dampak positif mulai dari rumah hingga lingkungan RT dan RW sehingga budaya peduli sampah dan peduli lingkungan dapat dicapai” kata Edi.

 

“Edukasi pengelolaan sampah harus terus dilakukan secara berkelanjutan demi kelestarian bumi. Anak-anak usia dini dan generasi muda perlu mendapatkan edukasi tak hanya di sekolah namun perlu secara langsung melihat prakteknya di masyarakat agar mampu memilah dan mengelola sampah secara baik dimulai dari lingkungan rumahnya”, pungkasnya.

sumber : Dok Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement