Sabtu 20 Jan 2024 20:01 WIB

Menyoroti Fenomena Demokrasi Sesat di Asia Tenggara

Peneliti Malaysia dan Indonesia melakukan riset demokrasi sesat di Asia Tenggara.

Red: Edwin Dwi Putranto

Associate Professor of Public Policy and Management Monash University Indonesia, Ika Idris (kanan) dan pakar komunikasi Universitas Paramadina Putut Widjanarko membahas buku Misguided Democracy in Malaysia and Indonesia. Jumat (19/1 /2024). Kolaborasi dua peneliti Malaysia dan Indonesi melakukan riset fenomena (FOTO : Dok Republika)

Pakar komunikasi Universitas Paramadina Putut Widjanarko membahas buku Misguided Democracy in Malaysia and Indonesia. Jumat (19/1 /2024). (FOTO : Dok Republika)

Penulis, pengulas, dan moderator berfoto bersama usai diskusi buku Misguided Democracy in Malaysia and Indonesia di Jakarta, Jumat (19/1 /2024). (FOTO : Dok Republika)

Co director MDDRH Monash University Indonesia Ika Idris menandatangani buku bagi dua pengulas diskusi buku di Jakarta, Jumat (19/1 /2024). (FOTO : Dok Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolaborasi dua peneliti Malaysia dan Indonesi melakukan riset fenomena 'demokrasi sesat' di kawasan regional Asia Tenggara dalam sebuah buku.

Adalah Associate Professor of Public Policy and Management Monash University Indonesia, Ika Idris, dan Assistant Professor of Strategic Communications Oklahoma State University, Nuurrianti Jalli yang  menyusun fenomena ini dalam buku berjudul Misguided Democracy in Malaysia and Indonesia Digital Proganda in South East Asia.

Fenomena praktik disinformasi, propaganda, fabricated news hingga narasi tunggal pemerintah pada era disrupsi digital menjadi sorotan.

Hal ini terungkap dalam diskusi buku tersebut di Jakarta, Jumat (19/1/2024). Hadir sebagai panelis pakar komunikasi Universitas Paramadina Putut Widjanarko dan pengamat CSIS Noory Okthariza dengan dipandu moderator dosen senior Monash University Malaysia, Dyah Pitaloka dan Director Monash Data and Democracy Research Hub of Monash University Indonesia, Derry Wijaya.

Menurut rencana buku ini akan resmi beredar di Asia Tenggara pada 17 Mei 2024. Untuk sementara ini buku tersebut beredar untuk pasar Amerika dan Eropa, jadi belum masuk di pasar Asia Tenggara. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement