Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Atong (75) menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Atong (75) menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Atong (75) berpose di sela-sela aktivitasnya menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menutup area tempat penjemuran hio saat cuaca mendung di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025). Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio. Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera. Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio. Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta. (FOTO : Republika/Thoudy Badai)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pekerja menyelesaikan proses pembuatan hio atau dupa di Pabrik Dupa ko Atong, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (21/1/2025).
Pabrik tempat produksi hio tersebut didirikan oleh Atong (75) yang juga sekaligus pemiliknya pada tahun 1985. Pembuataan hio tersebut dimulai dari pengolahan adonan, pencetakan, pengeringan hingga pewarnaan dan penyemprotan parfum pada batang hio.
Menjelang perayaan Imlek, pabrik Atong mengalami kenaikan jumlah permintaan sebesar 30-50 persen dengan harga jual Rp1.500 per bungkus yang dipasarkan ke sejumlah distributor di beberapa daerah kawasan Jabodetabek, Pontianak, Pangkal Pinang, Bengkulu hingga beberapa daerah di wilayah Sumatera.
Dalam sehari para pekerja mampu memproduksi sebanyak 7.000 batang hio. Meski demikian, Atong menuturkan terkendala cuaca saat musim hujan, karena berdampak pada proses pengeringan hio.
Untuk diketahui, hio merupakan perlengkapan ritual ibadah masyarakat Tionghoa, karena dipercaya sebagai penghubung dan pengantar agar doa bisa sampai kepada Sang Pencipta.
sumber : Republika