REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Khaled, bocah laki-laki berusia 9 bulan terlihat menangis saat menjalani perawatan di klinik malnutrisi di rumah sakit Nasser, Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis (1/5/2025).
Diare telah mengganggunya selama separuh hidupnya yang singkat. Dia mengalami dehidrasi dan sangat lemah.
Tabung kuning yang membawa makanan cair ke sistem tubuhnya, terpasang di tangan kirinya yang mungil.
Pada usia 9 bulan, berat Khaled hanya 11 pon (5 kilogram) - setengah dari berat bayi sehat seusianya.
Terkunci, tersegel, dan hancur oleh pemboman Israel, Gaza menghadapi bencana kelaparan. Ribuan anak Gaza dirawat karena kekurangan gizi.
Badan PBB mendokumentasikan peningkatan malnutrisi akut di kalangan anak-anak. Mereka menemukan kekebalan tubuh yang rendah, sering sakit, kehilangan berat badan dan massa otot, tulang atau perut menonjol, dan rambut rapuh.
Data UNICEF, sejak awal tahun, lebih dari 9.000 anak telah atau sedang dirawat karena malnutrisi akut. Sejak awal tahun, UNICEF mencatat lebih dari 9.000 anak telah atau sedang dirawat karena malnutrisi akut. Peningkatan tersebut sangat dramatis pada bulan Maret, dengan 3.600 kasus atau peningkatan 80 persen dibandingkan dengan 2.000 anak yang dirawat pada bulan Februari.
“Penutupan perbatasan ini menghancurkan kami,” kata Abdelaal, orang tua Khaled, seperti dilansir kantor berita AP.
Para orang tua di Gaza semakin sering mengunjungi pusat-pusat pemberian makanan karena mereka tidak punya apa pun untuk diberikan kepada anak-anak mereka.
Stok makanan di gudang PBB telah habis. Pasar-pasar kosong. Apa yang masih tersedia dijual dengan harga selangit, tidak terjangkau bagi sebagian besar orang di Gaza di mana lebih dari 80 persen bergantung pada bantuan.
Dapur umum yang mendistribusikan makanan untuk ribuan orang tutup. Lahan pertanian sebagian besar tidak dapat diakses. Distribusi air terhenti, sebagian besar karena kekurangan bahan bakar. Dalam situasi putus asa, ribuan orang, banyak dari mereka anak-anak, berkerumun di luar dapur umum, berebut makanan.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan lebih dari 70.000 anak-anak dirawat di rumah sakit di daerah kantong tersebut karena kekurangan gizi yang parah. Sementara blokade Israel yang telah lebih dua bulan berjalan membuat ribuan bayi terancam meninggal karena kelaparan.