Seorang anak Palestina yang terluka menunggu untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Al-Shifa setelah tentara Israel melancarkan serangan di berbagai wilayah Kota Gaza yang melanggar gencatan senjata pada Rabu (19/11/2025). Serangan Israel mengakibatkan sejumlah warga Gaza syahid termasuk anak-anak. (FOTO : Ayman Majed Harb Alhisi/Anadolu via Reuters)
Jenazah anak Palestina yang syahid setelah tentara Israel melancarkan serangan di berbagai wilayah Kota Gaza yang melanggar gencatan senjata pada Rabu (19/11/2025). Israel kembali melancarkan serangan udara di tengah perjanjian gencatan senjata yang membuat anak-anak Gaza syahid (FOTO : Khames Alrefi/Anadolu via Reuters)
Seorang anak Palestina yang terluka akibat serangan udara Israel menerima perawatan di Rumah Sakit Al-Ahli Arab di Kota Gaza, Kamis (19/11/2025). Data UNICEF mencatat, dalam dua tahun terakhir diperkirakan sebanyak 64.000 anak telah menjadi korban tewas atau mengalami luka serius di seluruh Jalur Gaza, termasuk sedikitnya 1.000 bayi. (FOTO : REUTERS/Dawoud Abu Alkas)
Seorang anak perempuan Gaza menangis saat berjuang mendapatkan makanan di dapur umum di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, Rabu (19/11/2025). Ancaman kelaparan masih melanda Kota Gaza dan kini menyebar ke wilayah selatan, tempat anak-anak sudah hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. (FOTO : AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Anak-anak Palestina berdiri di depan tenda di kamp darurat untuk para pengungsi di Zawayda, Jalur Gaza, Selasa (18/11/2025). Selama lebih dari 700 hari, anak-anak di Gaza telah syahid, terluka, dan terpaksa mengungsi akibat perang. (FOTO : AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Hana Abu Mashi, 3 tahun, menghangatkan diri di dekat api unggun saat ia duduk bersama ibunya di tenda mereka di kamp darurat untuk warga Palestina di Gaza, Selasa (18/11/2025). Anak-anak Gaza hidup dengan kondisi memprihatikan di tenda-tenda pengungsian. (FOTO : AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Para wanita Palestina menunggu untuk menerima vaksinasi bagi anak-anak mereka di sebuah pusat kesehatan di Kota Gaza, Ahad (9/11/2025). Krisis gizi di Gaza, terutama pada bayi, masih sangat mengkhawatirkan. Berbulan-bulan tanpa akses makanan yang layak telah menyebabkan dampak serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. (FOTO : AP Photo/Jehad Alshrafi)
Anak-anak Palestina membawa kayu, plastik, dan kaleng dari tempat pembuangan sampah di Zawayda, Gaza, Selasa (18/11/2025). Hari Anak Sedunia seharusnya menjadi hari penuh tawa, warna, dan harapan. Namun bagi banyak anak di Gaza, hari itu kembali datang sebagai pengingat betapa jauh mereka dari rasa aman yang layak mereka miliki. (FOTO : AP Photo/Abdel Kareem Hana)
Anak Gaza duduk di sebuah gedung apartemen yang hancur akibat serangan Israel di Kota Gaza, Selasa (18/11/2025). (FOTO : AP Photo/Jehad Alshrafi)
Anak-anak Palestina berjuang mendapatkan makanan di dapur umum di Nuseirat, Jalur Gaza tengah, Rabu (19/11/2025). Berbulan-bulan tanpa akses makanan yang layak telah menyebabkan dampak serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. (FOTO : AP Photo/Abdel Kareem Hana)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hari Anak Sedunia seharusnya menjadi hari penuh tawa, warna, dan harapan. Namun bagi banyak anak di Gaza, hari itu kembali datang sebagai pengingat betapa jauh mereka dari rasa aman yang layak mereka miliki.
Selama lebih dari 700 hari, anak-anak di Gaza telah syahid, terluka, dan terpaksa mengungsi akibat perang.
Serangan Israel terhadap Kota Gaza dan wilayah lain di Jalur Gaza masih terus berlangsung. Terbaru, Israel kembali melancarkan serangan udara di tengah perjanjian gencatan senjata yang membuat anak-anak Gaza syahid pada Rabu (19/11/2025).
Data UNICEF mencatat, dalam dua tahun terakhir diperkirakan sebanyak 64.000 anak telah menjadi korban tewas atau mengalami luka serius di seluruh Jalur Gaza, termasuk sedikitnya 1.000 bayi. Jumlah anak yang meninggal akibat penyakit yang seharusnya bisa dicegah, atau yang masih tertimbun di bawah reruntuhan, belum dapat dipastikan.
Kelaparan masih melanda Kota Gaza dan kini menyebar ke wilayah selatan, tempat anak-anak sudah hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Krisis gizi, terutama pada bayi, masih sangat mengkhawatirkan. Berbulan-bulan tanpa akses makanan yang layak telah menyebabkan dampak serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Hari Anak Sedunia mengingatkan dunia bahwa setiap anak berhak hidup tanpa rasa takut. Di Gaza, hak itu belum menjadi kenyataan. Dan selama itu belum terwujud, luka dan duka mereka adalah panggilan bagi dunia untuk tidak berpaling.
sumber : AP Photo, Reuters