Pagelaran tari Demi Massa karya Wajiwa Bandung Dance Theatre, di Rumah Kreatif Wajiwa, Bandung, Sabtu (30/8) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Pagelaran tari Demi Massa karya Wajiwa Bandung Dance Theatre, di Rumah Kreatif Wajiwa, Bandung, Sabtu (30/8) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Pagelaran tari Demi Massa karya Wajiwa Bandung Dance Theatre, di Rumah Kreatif Wajiwa, Bandung, Sabtu (30/8) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Pagelaran tari Demi Massa karya Wajiwa Bandung Dance Theatre, di Rumah Kreatif Wajiwa, Bandung, Sabtu (30/8) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Pagelaran tari Demi Massa karya Wajiwa Bandung Dance Theatre, di Rumah Kreatif Wajiwa, Bandung, Sabtu (30/8) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Pagelaran tari Demi Massa karya Wajiwa Bandung Dance Theatre, di Rumah Kreatif Wajiwa, Bandung, Sabtu (30/8) malam. (Republika/Edi Yusuf)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- "Ketika desa berubah jadi kota. Kota berubah jadi Metropolitan, kepedulian terhadap sesama mulai hilang. Pada saat inilah tembok-tembok beton dengan bebas tumbuh dimana-mana, seakan tidak ada hari esok menjelang.
Apalagi yang kita wariskan ? Konsep kearifan lokal dan berjuang untuk rakyat merupan teriakan kosong yang tidak bermakna. Apa yang terjadi ? Sebuah perlawanan, kemarahan, pemberontakan kaum, serta kepasrahan masyarakat yang terpinggirkan. Demi sebuah Cinta!!! Mari Bergerak!!! Untuk bertahan."
Sebuah kegemasan seorang koreagrafer tari Alfiyanto dari Wajiwa Bandung Dance Theatre terhadap kondisi dikehidupan masyarakat saat ini, ditumpahkan dalam sebuah karya tari "Demi Massa" di Rumah Kreatif Wajiwa, Ciganitri, Kota Bandung, Sabtu (30/8/2014) malam.