Jumat 06 Mar 2015 16:49 WIB

Aktivitas Warga Indonesia di Australia Berjalan Normal

.

Red: Mohamad Amin Madani

Antrean warga Australia dalam bazar makanan Indonesia di Brunswick, Melbourne. (Foto: Paguyuban 3055)

Bayu Sangka (kanan) dari Paguyuban 3055 yang menghimpun warga Indonesia di Brunswick, Melbourne. (Foto: Paguyuban 3055)

Noel Pranoto (ketiga dari kanan). (Foto : Facebook)

Suasanan malam pembukaan Indonesia Film Festival di Brisbane. (Foto: Facebook, Griffith Film School)

Paguyuban Pasundan ikut berpartisipasi dalam Moomba Festival tahun 2013 lalu. (Foto: Facebook, Paguyuban Pasundan)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Aktivitas warga Indonesia di Australia tetap berjalan normal bahkan sebuah kegiatan bazar makanan Indonesia di Melbourne dipenuhi oleh warga setempat yang ingin menyantap nasi kuning.

Warga Indonesia yang menetap di Melbourne menyebar di berbagai wilayah kota itu, salah satunya di suburb bernama Brunswick. Inilah suburb yang jaraknya hanya 15 menit dari pusat kota dengan menggunakan angkutan umum. Brunswick telah bertahun-tahun menjadi wilayah favorit tempat tinggal khususnya bagi mahasiswa asal Indonesia yang kuliahnya di Melbourne University atau di RMIT.

Pasalnya, selain jaraknya yang dekat ke kedua kampus tersebut, di Brunswick juga terdapat banyak penjualan makanan halal. Tentunya hal itu akan memudahkan kebanyakan mahasiswa Indonesia yang mencari penjual daging yang disiapkan menurut aturan agama Islam.

Beberapa tahun terakhir, komunitas Indonesia di Brunswick membentuk Paguyuban 3055, sebuah perkumpulan silaturahmi 50an warga Indonesia yang dalam kebanyakan aktivitasnya diwarnai oleh sajian makanan khas Indonesia yang berselera. Akhir pekan lalu, Paguyuban 3055 turut ambil bagian dalam kegiatan bazar yang digelar Brusnwick South-West Primary School, yang dihadiri ratusan orangtua murid dan warga setempat.

"Ramai sekali, dan stan Indonesia yang menjual nasi kuning laris manis," tutur Bayu Sangka dari Paguyuban 3055 kepada wartawan ABC Farid M. Ibrahim, Jumat (6/3).

Bayu Sangka menjelaskan, para pengunjung stall Indonesia tidak ada yang bertanya mengenai kasus Bali Nine yang kini sedang menjadi fokus dalam hubungan Australia dan Indonesia. "Mereka cuek kok," katanya. Namun, menurut mahasiwa PhD di RMIT ini, ketika ia sendiri menbuka percakapan dengan sejumlah warga Australia, yang ia dengar adalah pemahaman bahwa kasus ini terkait dengan pelaksanaan hukum di Indonesia.

"Dan menurut mereka hal itu harus dihormati," kata Bayu lagi. "Cuma mereka menanyakan mengapa tampaknya tidak ada perlakuan sama di antara penyelundup narkoba yang satu dengan yang lainnya."

sumber : Australia Plus
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement