Pengunjuk rasa perempuan Palestina mengambil posisi di dekat pemukiman yahudi Bet El, Tepi Barat, Palestina, Sabtu (10/10). (REUTERS/Mohamad Torokman)
Pengunjuk rasa perempuan Palestina menyiapkan batu saat bentrok dengan pasukan Israel dekat pemukiman yahudi Bet El, Ramallah, Palestina, Sabtu (10/10). (REUTERS/Mohamad Torokman)
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di Hebron, Palestina Sabtu (10/10). (REUTERS/Mussa Qawasma)
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di Hebron, Palestina Sabtu (10/10). (REUTERS/Mussa Qawasma)
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di dekat kamp pengungsian Shuafat, Jerusalem, Palestina Jumat (9/10). (REUTERS/Ammar Awad)
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan Israel dekat pemukiman yahudi Bet El, Ramallah, Palestina, Sabtu (10/10). (REUTERS/Mohamad Torokman)
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di Hebron, Palestina Sabtu (10/10). (REUTERS/Mussa Qawasma)
Ekspresi pemuda Palestina saat terlibat bentrok dengan pasukan pendudukan Israel di dekat perbatasan Gaza dengan Israel, Sabtu (10/10). (REUTERS/Yasser Gdeeh)
Pengunjuk Palestina bentrok dengan pasukan Israel dekat pemukiman yahudi Bet El, Ramallah, Palestina, Sabtu (10/10). (REUTERS/Mohamad Torokman)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Gelombang aksi protes warga Palestina meningkat selama sebelas hari terakhir ini, dan terjadi di Yerusalem, Tepi Barat dan Gaza serta di beberapa kota Israel.
Meningkatnya eskalasi ketegangan yang terjadi tersebut bermula dari aksi pasukan pendudukan Israel yang telah menodai kesucian Masjid Al Aqsa. Dan memicu kekhawatiran banyak pihak dimulainya gerakan intifada ketiga.
Gelombang intifada atau aksi perlawanan massal terhadap Israel pertama berlangsung pada 1987, adapun yang kedua pada 2000.