REPUBLIKA.CO.ID, Tidak banyak tempat pemukiman di dunia yang berumur lebih dari seribu tahun tetap bertahan dengan adat istiadatnya. Kampung adat Bena Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur adalah satunya. Kampung ini dipercaya telah ada sejak tahun 800-an Masehi yang berarti Kampung Bena telah melintasi kurun waktu 3 milenium. Selama 1200 tahun lalu ini masih tegak berdiri di tempat yang sama. Hingga kini di beberapa sudut desa terdapat susunan batu dari masa megalitikum berupa dolmen dan menhir.
Kampung Bena berada pada ketinggian 2.245m di atas permukaan laut sisi timur kaki Gunung Inerie. Sementara nama Bena diambil dari salah satu suku pertama yang mendiami kampung ini. Seiring dengan perjalanan waktu, jumlah suku yang menghuni kampung ini berkembang menjadi 9 suku termasuk Suku Bena, Suku Dizi, Suku Dizi Azi, Suku Wahto, Suku Deru Lalulewa, Suku Deri Solamae, Suku Ngada, Suku Khopa dan Suku Ago.
Secara formal penduduk Kampung Bena pada umumnya beragama Katolik, namun hingga kini kepercayaan pola kehidupan serta budaya masyarakatnya tidak banyak berubah. Masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Berkebun merupakan mata pencaharian utama penduduk kampung ini sementara kaum wanita masih memiliki keahlian menenun.
Berada di dataran tinggi, udara di kampung ini terasa sejuk. Sejak didaftarkan sebagai situs warisan Unesco pada 1995, warga kampung ini telah terbiasa menerima kunjungan turis dalam dan luar negeri. Waktu terus berlalu, masyarakat kampung Bena bertekad, tetap akan mempertahankan kelestarian kampung adat mereka. Karena inilah cara untuk mempertahankan warisan leluhur, yang telah dijaga sejak milenea pertama. Ed: yogi ardhi