Seorang anak korban bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan, Neneng (14) belajar di atas perahu, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/4). (Republika/ Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Seorang anak korban bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan, Neneng (14) belajar di atas perahu, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/4). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah anak korban bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan, bermain di pantai kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/4). (Republika/ Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Seororang anak korban bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan yang masih bertahan di atas perahu, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/4). (Republika/ Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah anak korban bongkaran pemukiman warga kawasan Pasar Ikan, bermain di pantai kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/4). (Republika/ Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Spanduk warga yang menolak pembongkaran di Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (15/4). (Republika/Raisan Al Farisi) (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki hari kelima pasca penggusuran pemukiman kampung Pasar Ikan,Penjaringan, Jumat (15/4), sebagian warga memilih untuk tetap bertahan tinggal diatas perahu.
Sebagian besar warga Pasar Ikan adalah nelayan, sehingga merka keberatan untuk direlokasi ke tempat yang jauh dari lokasi mata pencahariannya.