Kesenian tradisional Karinding pada Seren Taun dan Gelar Budaya oleh forum gerakan penyelamatan mata air tatar Sunda Jagaseke bersama masyarakat, di Sekegenjer, Cigadung, Kota Bandung, Ahad (24/4). (Republika/Edi Yusuf) (FOTO : Republika/ Edi Yusuf)
Sejumlah remaja mencampurkan air yang diambil dari sejumlah mata air pada Seren Taun dan Gelar Budaya oleh forum gerakan penyelamatan mata air tatar Sunda Jagaseke bersama masyarakat, di Sekegenjer, Cigadung, Kota Bandung, Ahad (24/4). (Republika/Edi Yusuf (FOTO : Republika/ Edi Yusuf)
Penyerahan mata air dari orang tua pada remaja pada Seren Taun dan Gelar Budaya oleh forum gerakan penyelamatan mata air tatar Sunda Jagaseke bersama masyarakat, di Sekegenjer, Cigadung, Kota Bandung, Ahad (24/4). (Republika/Edi Yusuf) (FOTO : Republika/ Edi Yusuf)
Perwakilan dari sejumlah kecamatan di Kota Bandung mengisi mata air pada Seren Taun dan Gelar Budaya oleh forum gerakan penyelamatan mata air tatar Sunda Jagaseke bersama masyarakat, di Sekegenjer, Cigadung, Kota Bandung, Ahad (24/4). (Republika/Edi Yusuf) (FOTO : Republika/ Edi Yusuf)
Performace art mata air pada Seren Taun dan Gelar Budaya oleh forum gerakan penyelamatan mata air tatar Sunda Jagaseke bersama masyarakat, di Sekegenjer, Cigadung, Kota Bandung, Ahad (24/4). (Republika/Edi Yusuf) (FOTO : Republika/ Edi Yusuf)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lokasi keberadaan mata air khususnya di kota terus berkurang akibat dampak pembangunan atau privatisasi. Kondisi tersebut menjadi keprihatinan banyak pihak yang peduli lingkungan.
Berkaitan dengan hal tersebut forum gerakan penyelamatan mata air tatar Sunda 'Jagaseke' bersama masyarakat menggelar prosesi budaya 'Seren Taun' jaga seke atau jaga mata air di salah satu sumber mata air di Sekegenjer, Cigadung, Kota Bandung, Ahad (24/4). Kegiatan tersebut salah satunya untuk mengedukasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan mata air.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
