REPUBLIKA.CO.ID, Fungsi batik tidak sekedar untuk mempercantik diri dan menunjukkan identitas kita orang Indonesia, melainkan juga memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat dari skala yang paling kecil.
Semangat itu yang terpancar dari kegigihan pengrajin Rumah Batik Andalan di Kota Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Bukan perkara mudah mengembangkan batik khas Pelalawan. Sejak mulai dirintis tahun 2013, mereka anggap ini hanya impian karena masyarakatnya belum mempunyai tradisi membatik turun temurun seperti masyarakat di pulau Jawa.
Secara perlahan kerajinan batik khas Pelalawan mulai menemukan identitasnya. Mereka bahkan menghasilkan karya yang memadukan teknik batik Yogya, Solo dan Pekalongan.
Ide kreatif para pengrajin makin lancar mengalir untuk mencari motif sendiri yang diilhami alam sekitar. Maka lahirlah motif khas, batik gelombang "Bono" yang diambil dari nama fenomena alam ombak besar di muara Sungai Kampar yang telah lama menjadi andalan wisata di Riau.
Harga batik yang awalnya Rp200 ribu per helai ukuran 2,25 meter, kini naik jadi Rp350 ribu. Seorang pengrajin minimal bisa meraup penghasilan Rp1 juta hingga maksimal Rp4 juta per bulan tergantung banyaknya pesanan.