Kamis 15 Sep 2016 21:21 WIB

Boediono Terbitkan Buku Soal Perjalanan Ekonomi Indonesia

.

Rep: Agung Supriyanto, Esthi Maharani/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Mantan Wakil Presiden RI Boediono (kiri) menyampaikan paparannya didampingi Pimpinan Redaksi Republika Irfan Junaedi saat peluncuan buku (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)

Mantan Wakil Presiden RI Boediono (kiri) menyampaikan paparannya didampingi Pimpinan Redaksi Republika Irfan Junaedi saat peluncuan buku (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)

Mantan Wakil Presiden RI Boediono (kiri) menyampaikan paparannya didampingi Pimpinan Redaksi Republika Irfan Junaedi saat peluncuan buku (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)

Mantan Wakil Presiden RI Boediono (kedua kiri) menandatangani poster buku (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)

Mantan Wakil Presiden RI Boediono (kedua kiri) menandatangani poster buku (FOTO : Republika/Agung Supriyanto)

inline

REPUBLIKA.CO.ID,  Wakil presiden ke-11 RI Boediono menerbitkan buku terbarunya berjudul Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah. Buku tersebut membahas perjalanan sejarah ekonomi sebagai ilmu terapan dalam masa sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia.

 

Dalam acara diskusi dan peluncuran buku terbarunya di Goethe-Institut, Jakarta, Kamis (15/9), Boediono menyinggung bahwa tidak ada jalan pintas dalam ekonomi serta banyak kendala dalam penerapannya untuk memecahkan masalah.

Buku tersebut juga menyajikan situasi ekonomi politik yang dihadapi dalam suatu masa serta opsi apa yang terbuka untuk mengatasinya dilihat dari sudut pandang pengambil keputusan.

 

Buku tersebut juga menyimpulkan bahwa hakikat pembangunan adalah hasil interaksi proses ekonomi dan politik yang saling memengaruhi secara timbal balik. Secara umum, sasaran ekonomi tunduk pada sasaran politik. Akan tetapi, pada masa tertentu, misalnya krisis, sasaran ekonomi menempati urgensi tinggi dan menyubordinasi sasaran politik.

"Gap antara politik dan ekonomi akan selalu ada, pemangku kepentingan harus bisa mengelola jarak tersebut karena kalau terlalu lebar akan ada penyesuaian yang tidak menyenangkan," kata Boediono.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement