Selasa 11 Oct 2016 06:06 WIB

Menyusuri Jejak Letusan Krakatau I

.

Rep: Tahta Aidilla/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Jejak Krakatau: Dermaga kapal dari Pantai Sari Ringgung, Lampung. (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

Jejak Krakatau: Barisan Perahu dari Pantai Sari Ringgung, Lampung. (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

Jejak Krakatau: Masjid terapung di Pantai Sari Ringgung (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

Jejak Krakatau: Pintu masuk Cagar Alam Gunung Anak Krakatau (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

Jejak Krakatau: Peta Lokasi di Cagar Alam Gunung Anak Krakata (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

Jejak Krakatau: Posko Cagar Alam Gunung Anak Krakatau (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

Jejak Krakatau: Pembagian masker untuk mencegah terhirupnya debu vulkanik (FOTO : Republika/Tahta Aidilla)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 27 Agustus 1883, telah terjadi letusan Gunung Krakatau yang mahadahsyat. Letusan diperkirakan berlangsung selama 10 hari. Dahsyatnya letusan membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, yang menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun. Suara letusan terdengar sampai 4.830 km dari pusat letusan, bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

 

Tiga perempat tubuh Gunung Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) berukuran diameter 11 km dan tinggi 2 km di Selat Sunda. Akibatnya, Gunung Krakatau terbagi menjadi terdiri atas tiga Gunung Pulau Krakatau, Sertung, dan Panjang. Pada mulanya, merupakan gunung api strato berkomposisi andesit, yang juga mengalami letusan dahsyat pada saat masih berupa Krakatau purba kira-kira 150 ribu tahun yang lalu.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement