Jumat 24 Feb 2017 00:08 WIB

Ketika Pengedar Narkoba Memilih Berlindung di Penjara Quezon City

.

Rep: Damir Sagolj/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Puluhan napi Penjara Quezon City tidur di ruangan terbuka di lapangan yang sama tempat berolahraga. (FOTO : Damir Sagolj/Reuters)

Puluhan napi Penjara Quezon City tidur di ruangan terbuka di lapangan yang sama tempat berolahraga. (FOTO : Damir Sagolj/Reuters)

Napi Penjara Quezon City berdesakan di dalam ruangan penjara. (FOTO : Damir Sagolj/Reuters)

Salah satu sudut Penjara Quezon City yang bertuliskan 'Selamat Datang di Neraka'. (FOTO : Damir Sagolj/Reuters)

Napi Penjara Quezon City melakukan senam pagi yang menjadi kegiatan rutin setiap hari. (FOTO : Damir Sagolj/Reuters)

Napi Penjara Quezon City yang akan dilepaskan dari penjara mengenakan gelang karet bertuliskan nama Presiden Filipina, Rodrigo Duterte. (FOTO : Damir Sagolj/Reuters)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, QUEZON CITY -- Penjara sedianya menjadi tempat yang paling terakhir yang ingin didatangi oleh para pelaku kejahatan. Namun tidak dengan yang terjadi di Quezon City Filipina. Para penjahat yang terlibat dengan peredaran narkoba memilih untuk ditangkap dan dipenjara daripada harus terkapar ditembus peluru aparat dalam aksi perang terhadap narkoba.

Di bawah komando Presiden Rodrigo Duterte, genderang perang ini terus ditabuh. Aparat membabat habis setiap tersangka yang diduga terlibat dalam peredaran obat terlarang. Cenderung membabi buta dan dengan tangan besi. Hasilnya kantor polisi dan penjara dipenuhi tersangka yang mencoba menyelamatkan diri dari perang ini.

Dapat diduga penjara-penjara pun penuh sesak. Penghuninya harus hidup berdesakan dalam ruangan yang sempit. Mereka tidur di meja, kursi, tangga dan sebagainya. Saat malam tiba, puluhan hingga ratusan tahanan dan napi tidur di ruangan terbuka lapangan di kompleks penjara. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement