Foto bersama di ruang kelas kosong di sebuah sekolah dasar di Fukushima pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
Tulisan di dinding di sebuah sekolah dasar di Fukushima pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
Suasana ruangan kosong di sebuah sekolah dasar di Fukushima pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
Ruang kelas kosong di sebuah sekolah dasar di Fukushima pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
Alat pengukur radiasi radio aktif menunjukkan hasil pengkuran di area sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima yang rusak karena tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
Pemakaman umum di Fukushima pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
Geiger Counter menunjukkan angka 0,106 di Kota Namie, Prefektur Fukushima, Jepang, pasca meledaknya PLTN Fukushima akibat terjangan tsunami. (FOTO : Toru Hanai/Reuters)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, NAMIE, FUKUSHIMA -- Tahun 2011 lalu tsunami yang menimbulkan kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan menyebabkan bencana radiasi nuklir di daerah sekitarnya. Kini tepat 5 tahun kemudian di Kota Namie yang berjarak kurang dari 20 km dari PLTN Tokyo Electronic Power warga setempat berusaha untuk mengembalikan kehidupan normal mereka seperti sebelum bencana tersbut terjadi.
Namun untuk itu bukanlah hal yang mudah. Dari 20 ribuan warga Kota Namie hanya beberapa ratus warga yang tergabung dalam gelombang pertama inhabitasi kembali Kota Namie. Sementara 50% warganya kebanyakan berusia kurang dari 30 tahun memutuskan untuk tidak kembali ke kota ini. Imbas bencana gempa, tsunami dan paparan radioaktif tampaknya tidak akan segera sirna dari kota ini.
sumber : Reuters