Rabu 02 Aug 2017 23:25 WIB

Senjakala Pasar Glodok (Bagian Dua)

.

Rep: Yasin Habibi/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Banyak kios yang tutup untuk disewakan bahkan dijual (FOTO : Yasin Habibi/Republika)

Banyak kios yang tutup untuk disewakan bahkan dijual (FOTO : Yasin Habibi/Republika)

Pedagang patung dewa agama konghucu di Pasar Glodok (FOTO : Yasin Habibi/Republika)

Mushola di Pasar Glodok (FOTO : Yasin Habibi/Republika)

Di masa jayanya di tempat ini dijual berbagai jenis barang. Barang elektronik hingga makanan. (FOTO : Yasin Habibi/Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pemilik toko di Pasar Glodok terpaksa menutup tokonya. Sebagian lagi masih bertahan, seperti yang dilakukan oleh Hongky Limarta, pria yang berumur 70 tahun itu sudah berjualan selama 19 tahun dari tahun 1999. Kios Hongky Limarta yang berada di lantai 2 tersebut berjualan alat-alat atau aksesori bagi orang Tionghoa. 

 

 

"Selagi saya masih bisa berjalan, saya akan tetap membuka kios ini untuk berjualan," ujar Hongky. Lain Hongky lain lagi dengan Joko Tirto (52 tahun) yang membuka kios Karisma Elektronik di Lantai Jembatan. Joko sudah 16 tahun berjualan aksesori elektronik, dan sampai sekarang masih bertahan. Selain membuka toko, Pak Joko juga melayani jual beli daring (//online//). "//Kalo// tidak diimbangi dengan berjualan lewat media //online//, kita akan mati pelan-pelan," kata Pak Joko. 

 

 

Fenomena lesunya perekonomian di pusat perbelanjaan, terutama di Pasar Glodok, pedagang harus dituntut untuk berinovasi dalam menarik pembeli yang kini mulai beralih ke toko-toko daring. Konsumen memilih pusat perbelanjaan yang lebih modern dan bisnis daring sebagai pilihannya berbelanja.

sumber : Republika Foto
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement