Jumat 20 Oct 2017 00:03 WIB

Ngadu Bagong, Arena Gladiator Anjing dan Babi Hutan

.

Rep: Reuters/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Seekor babi hutan dan anjing jenis pitbull bertarung di arena Adu Bagong di Desa Cikawao, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (FOTO : Beawiharta/Reuters)

Seekor babi hutan dan anjing jenis pitbull bertarung di arena Adu Bagong di Desa Cikawao, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (FOTO : Beawiharta/Reuters)

Serekor anjing jenis pitbull terpelanting saat bertarung dengan seekor babi hutan di arena Adu Bagong di Desa Cikawao, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (FOTO : Beawiharta/Reuters)

Penonton memadati arena Adu Bagong di Desa Cikawao, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (FOTO : Beawiharta/Reuters)

Seorang peserta menunggu kandang anjing yang akan berlaga di arena Adu Bagong di Desa Cikawao, Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (FOTO : Beawiharta/Reuters)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALAYA -- Pertarungan dua jenis mahluk yang berbeda dalam sebuah arena tampak menarik bagi sebagian orang. Atraksi matador dengan banteng misalnya menjadi daya tarik wisata negara Spanyol hingga ke manca negara. Terlepas dari kontroversi aktivis pecinta binatang yang memprotes kekerasan terhadap sang Banteng. 

Di Jawa Barat pertarungan dua jenis binatang dengan aroma kekerasan juga terjadi. Atraksi 'Adu Bagong' atau 'Ngadu Bagong' dikenal beberapa daerah di Jawa Barat. Berawal pada tahun ke 60-an ketika keberadaan babi hutan (bagong dalam Bahasa Sunda) cukup banyak dan mengganggu lahan pertanian petani.

Arena adu bagong menjadi ajang anjing-anjing kampung pemburu untuk berlatih dan mengasah keberanian. Anjing-anjing milik warga ini bergantian menyerang babi hutan dalam sebuah arena. Belakangan anjing-anjing yang diadu semakin beragam termasuk ras pitbull yang terkenal memiliki gigitan yang kuat. Bagi para pemilik anjing ini arena adu bagong menjadi ajang olahraga bagi si Anjing. 

Kini keberadaan babi hutan sebagai hama di Jawa Barat tidak sebanyak dahulu. Namun kegiatan adu bagong terus diselenggarakan. Bagi aktivis penyayang binatang keberadaan arena ini termasuk tindakan nyata kekejaman terhadap binatang. Tidak hanya bagi babi hutan yang pada akhirnya harus menjemput ajal. Tidak jarang korban jatuh dari pihak anjing pemburu akibat tusukan taring babi hutan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement