Rabu 15 Nov 2017 23:10 WIB

Lintas Ekonomi dan Bisnis

.

Rep: Republika, Antara/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Matahari terbenam di antara gedung tinggi di Ibu Kota terlihat dari kawasan Jakarta Utara, Jakarta, Rabu (15/11). Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) DKI Jakarta mencatat, realisasi investasi di Ibu Kota selama periode Januari hingga September 2017 mencapai Rp74,8 triliun. (FOTO : Rosa Pangabean/Antara)

Kepala BPS Suhariyanto menggelar konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (15/11). (FOTO : Yasin Habibi/ Republika)

BTPN Syariah bersama Republika menggelar talkshow bertajuk 'Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan melalui Pembiayaan Syariah' di RM Rodjo Semarang, Rabu (15/11). Talkshow menghadirkan pembicara Direktur BTPN Syafiah, Ratih Rachmawaty, Direktur Eksekutif Center of Reform in Ecinomics (CORE) Indonesia, Hendri Saparini dengan moderator Pemred Republika Online (ROL), Elba Damhuri. (FOTO : Republika/Bowo Pribadi)

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (15/11). (FOTO : Yasin Habibi/ Republikay)

Optimalkan Layanan Nasabah. Direktur Distribusi Bank Mandiri Hery Gunadi (tengah) bersama Sekjen Kementerian Perhubungan Sugihardjo (kiri) menunjukan buku tabungan baru saat meresmikan pengoperasian kantor cabang Bank Mandiri di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Rabu (15/11). (FOTO : Republika/ Wihdan)

inline

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menilai rencana peleburan golongan listrik dapat menimbulkan inflasi. Meski pemerintah berpendapat kebijakan itu tidak akan menyebabkan kenaikan tarif listrik, BPS menilai rencana tersebut dapat mengerek inflasi.

Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti menjelaskan, kebijakan penyederhanaan golongan, akan berdampak pada penyesuaian bobot listrik bagi golongan pelanggan dengan angka 5.500 Voltampere (VA) ke bawah. Yunita menilai, ada kemungkinan pengeluaran listrik bisa membesar.

Sementara itu BTPN Syariah terus mendorong inklusi keuangan perempuan karena peran pentingnya dalam menopang perekonomian keluarga. Inklusi diarahkan terutama kepada perempuan dari keluarga prasejahtera. Direktur Utama (Dirut) BTPN Syariah, Ratih Rachmawaty mengatakan perseroan sangat serius dalam mendorong peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan produktif perempuan.

"Sehingga dalam menyalurkan kreditnya BTPN Syariah jamak menyasar perempuan prasejahtera produktif seperti industri rumahan atau pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perempuan " ujarnya dalam talkshow bertajuk Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan melalui Pembiayaan Syariah yang diselenggarakan BTPN Syariah dan Republika, di RM Rodjo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (15/11). Berikut berita lintas ekonomi dan bisnis selengkapnya.

 

sumber : Republika, Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement