REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina pada Senin (4/12), memerintahkan penyelidikan mengenai imunisasi vaksin demam berdarah pada lebih dari 730 ribu anak-anak. Penyelidikan ini terkait dengan dihentikan program vaksinasi menyusul pengumuman perusahaan obat Prancis Sanofi bahwa vaksin tersebut dapat memperburuk penyakit pada beberapa penderita.
Lembaga swadaya masyarakat di Filipina mengatakan, menerima informasi bahwa tiga anak-anak, yang divaksinasi dengan vaksin Dengvaxia pada April 2016, meninggal. Namun, Sanofi mengatakan, bahwa tidak ada kematian dilaporkan sebagai akibat dari program tersebut.
"Sejauh yang kami tahu, dan sejauh yang kami sadari, tidak ada kematian dilaporkan terkait vaksinasi demam berdarah," kata Ruby Dizon, direktur kesehatan Sanofi Pasteur Filipina dalam jumpa pers di Manila.
Pada pekan lalu, Departemen Kesehatan Filipina menghentikan penggunaan vaksin Dengvaxia setelah Sanofi mengatakan bahwa vaksin itu harus betul-betul dibatasi karena bukti bahwa vaksin tersebut dapat memperburuk penyakit pada yang sebelumnya tidak pernah terpapar infeksi.