Kamis 18 Jan 2018 23:19 WIB

Nasib Muram Pencari Suaka (2)

.

Rep: Putra M Akbar/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Sejumlah Warga Negara Asing (WNA) menggelandang dengan mendirikan tenda di atas trotoar depan Rumah Detensi Imigrasi, Jalan Peta Barat, Kalideres, Jakarta Barat. (FOTO : Putra M Akbar)

Sejumlah Warga Negara Asing (WNA) menggelandang dengan mendirikan tenda di atas trotoar depan Rumah Detensi Imigrasi, Jalan Peta Barat, Kalideres, Jakarta Barat. (FOTO : Putra M Akbar)

Makanan seadanya menjadi menu makan keseharian para pengungsi ini (FOTO : Putra M Akbar)

WNA pencari suaka menggunakan fasiltas toilet di masjid setempat tempat mereka berteduh untuk sementara di Jakarta Barat. (FOTO : Putra M Akbar)

WNA pencari suaka berteduh saat hujan di teras toko dekat Rumah Detensi imigrasi Jakarta Barat. (FOTO : Putra M Akbar)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Ketika malam mulai menjemput, sebagian imigran lebih memilih untuk mengungsi di Mushola Al-Istiqomah yang lokasinya tidak jauh dari Kantor Detensi Imigrasi. Namun, bagi beberapa dari mereka yang tidak  mendapatkan tempat di Mushola terpaksa harus mendirikan tenda dan bermalam diatas trotoar bersama dinginnya angin malam. Belum lagi apabila hujan turun, mereka harus berpindah tempat mencari selasar toko untuk berteduh. 

 

 

 

 

 

Tanpa pandang bulu, kerasnya kehidupan di Ibu Kota juga harus dirasakan oleh para WNA, sekelompok WNA tersebut pernah nyaris diusir dari atas trotoar oleh petugas kebersihan yang mengeluhkan keberadaanya. Bahkan ada beberapa dari mereka mengalami gangguan kesehatan sejak hidup menggelandang dijalanan.

 

Beruntung ada sekelompok relawan Selaras dan Penuh Kasih (Selasih) yang masih mau memperhatikan keadaan mereka mulai dari meminta izin ke pihak Kecamatan hingga mencoba memberikan bantuan kesehatan kepada WNA yang mengidap penyakit. “Kita membantu mereka sebisa mungkin untuk mencari bantuan terutama pada hal-hal bersifat darurat bagi yang mengidap penyakit dan ibu-ibu yang sedang hamil,” Ucap Ratih selaku Ketua Selasih.

 

Tak ayal, nasib muram yang harus dijalaninya membuat sebagian WNA harus merasakan rindunya keluarga dan kampung halaman. Namun, kini mereka hanya bisa meratapi nasibnya di pinggiran jalanan Ibu Kota sambil menunggu prosedur yang entah sampai kapan bisa membuat mereka menjalani kehidupannya kembali layak seperti dahulu kala.

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement