Rabu 14 Mar 2018 21:31 WIB

Obituari: Sosok Stephen Hawking

Stephen Hawking dikenal atas usahanya menjelaskan beberapa pertanyaan paling rumit..

Rep: Antara, AP, EPA, Reuters/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Professor Stephen Hawking menyampaikan makalah 'Why We Should Go Into Space' di The George Washington University, Washington.DC, (21/4/2008). (FOTO : Stefan Zaklin/ EFE EPA)

Stephen Hawking yang juga Profesor Matematik Lucasian menyampaikan kuliah umum 'The Origin of the Universe', di Brussels, (20/5/2007). (FOTO : EPA/SEBASTIEN PIRLET)

Stephen Hawking menyampaikan presentasi saat peluncuran award komunikasi yang menggunakan namanya “Stephen Hawking Medal of Science Communicatioan di Inggris (16/12/2015). (FOTO : Tobi Melville/Reuters)

Stephen Hawking menghadiri pemutaran perdana film 'The Theory of Everything' di Leicester Square, London, (9/12/2014). (FOTO : FACUNDO ARRIZABALAGA/EPA)

Stephen Hawking melayang dalam fase gravitasi nol di atas penerbangan Boeing 727 milik Zero-Gravity Corporation di Cape Canaveral, Amerika, (26/4/2007). (FOTO : Zero Gravity Corporation/EPA)

Stephen Hawking 'berbicara' kepada jurnalis dengan bantuan 'voice synthesizer' pada sesi konferensi pers di Santiago de Compostela, Spanyol (24/9/2008). (FOTO : Lavandeira JR/EPA)

Presiden Barack Obama mengalungkan Medal of Freedom (penghargaan tertinggi yang diberikan pemerintah Amerika kepada masyaratkat sipil) kepada Stephen Hawking di Gedung Putih, Washington, (12/8/2009). (FOTO : Jason Reeds/Reuters)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fisikawan Stephen Hawking meninggal dunia pada usia 76 tahun karena menyakit motor neuron. Stephen William Hawking lahir di Oxford pada 8 Januari 1942. Ayahnya merupakan seorang ahli biologi.

Dilansir dari BBC, Hawking tumbuh besar di London dan Saint Alban. Hawking mendapatkan gelar pertamanya di Oxford. Dia lalu melanjutkan studi ke Cambridge untuk penelitian pascasarjana dalam bidang kosmologi.

Saat studi di Cambridge ia didiagnosis dengan penyakit motor neuron yang membuatnya hampir lumpuh total. Saat dia bersiap untuk menikahi istri pertamanya, Jane, pada 1964, para dokter memperkirakan usianya tidak lebih dari dua atau tiga tahun lagi.

Namun, rupanya penyakitnya berkembang lebih lambat dari yang diperkirakan. Pasangan itu memiliki tiga anak. Pada 1988, meskipun Hawking hanya bisa berbicara dengan synthesizer suara setelah menjalani oeprasi trakeostomi, dia telah menyelesaikan karyanya, A Brief Histoty of Time, yang merupakan sebuah panduan awam untuk kosmologi.

Buku ini terjual lebih dari 10 juta eksemplar. Buku ini awalnya tak diyakini akan laku di pasaran, bahkan sempat disebut-sebut sebagai buku yang tidak akan pernah dibaca. Pada tahun 2001, buku kedua Hawking berjudul Universe in a Nutshell diterbitkan.

Fisikawan kondang Stephen Hawking dikenal atas usahanya menjelaskan beberapa pertanyaan paling rumit tentang kehidupan. Melalui pemikiran tangguhnya, Hawking meneliti batas pemahaman manusia, baik dalam ruang luas maupun teori kuantum sub-molekul, yang aneh di dunia.

 

Hawking berhasil meraih ketenaran internasional setelah menerbitkan Sejarah Singkat Waktu pada 1988, salah satu buku paling rumit yang pernah ada untuk mendapatkan daya tarik massa. Buku tersebut bertahan dalam daftar terlaris Sunday Times tidak kurang dari 237 minggu.

 

Namun, kekuatan kecerdasannya sangat kontras dengan kelemahan tubuhnya yang dijangkiti penyakit motorik syaraf pada usia 21 tahun.

Sebagian besar kehidupan Hawking dibatasi oleh penyakit tersebut dan menggantungkan hidupnya di kursi roda. Seiring dengan kondisinya yang memburuk, ia terpaksa menggunakan perangkat penyalur suara yang disambungkan ke leher dan berkomunikasi dengan menggerakkan alisnya.

Penyakit ini mendorongnya bekerja lebih keras namun juga berkontribusi pada kegagalan dua pernikahannya. Peristiwa tersebut ia tuangkan melalui tulisan sebuah memoar 2013 berjudul My Brief History.

Pada 2014, film The Theory of Everything dirilis berdasarkan kisah Stephen dan Jane. Film bercerita tentang kisah asmara dan pernikahan mereka.

sumber : Antara, AP, EPA, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement