Selasa 03 Apr 2018 22:14 WIB

Pasar Kebun Bambu Ngadiprono (1)

Pasar Bambu Ngadiprono hanya dibuka setiap Ahad Wage dan Ahad Pon pukul 6.00-12.00.

Rep: Nico Kurniajati/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Siluet warga setempat yang akan berjualan Pasar Bambu Ngadiprono Temanggung. (FOTO : Nico Kurniajati)

Pasar Bambu Ngadiprono Temanggung menggunakan mata uang dari keping bambu untuk bertransaksi. (FOTO : Nico Kurniajati)

Makanan jajanan khas menjadi salah satu incaran wisatawan kuliner di Pasar Bambu Ngadiprono Temanggung. (FOTO : Nico Kurniajati)

Papan menu Nasi Gudeg lengkap dengan kepingan uang bambu yang harus dibayarkan. (FOTO : Nico Kurniajati)

Bercukur di barber dengan suasana kebun bambu juga tersedia di Papringan Ngadiprono . (FOTO : Nico Kurniajati)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Berawal dari pemikiran warga desa yang ingin memiliki bidang usaha desa agar menjadi desa yang mandiri, tercetuslah ide untuk menjual potensi desa. Warga desa yang mayoritas adalah petani, pengerajin, wirausaha kuliner, peternak dan beberapa sektor usaha di pedesaan lainya berusaha keras untuk menjual daganganya. Tanpa harus ke kota dan tanpa melalui tengkulak akan tetapi mendapatkan hasil yang berlipat.

 

Setelah melaui perundingan maka warga sepakat untuk membuat pasar unik dengan tema bambu sebagai tema besarnya. Pasar tersebut diberi nama "Pasar Papringan Ngadiprono" dalam bahasa Indonesia berarti Pasar Kebun Bambu Ngadiprono.

 

Pasar yang terletak di area kebun bambu Ngadiprono hanya seluas 2.500 meter persegi dan hanya dibuka setiap Ahad Wage dan Ahad Pon Saja dari pukul 06.00 - 12. 00 WIB. Lokasinya yang berada di pedesaan Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung tersebut hanya berkisar 30 menit dari kota Temanggung.

 

Selain pendapatan dari pasar tersebut untuk mengisi kas desa dan memajukan perekonomian para warga desa hal tersebut juga dipergunakan sebagai sara konservasi mengingat banyaknya bambu yang dipotong dan dijual ke perkotaan untuk bahan rumah sehingga lambat tahun stok bambu di desa tersebut semakin menipis.

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement