REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Berawal dari pemikiran warga desa yang ingin memiliki bidang usaha desa agar menjadi desa yang mandiri, tercetuslah ide untuk menjual potensi desa. Warga desa yang mayoritas adalah petani, pengerajin, wirausaha kuliner, peternak dan beberapa sektor usaha di pedesaan lainya berusaha keras untuk menjual daganganya. Tanpa harus ke kota dan tanpa melalui tengkulak akan tetapi mendapatkan hasil yang berlipat.
Setelah melaui perundingan maka warga sepakat untuk membuat pasar unik dengan tema bambu sebagai tema besarnya. Pasar tersebut diberi nama "Pasar Papringan Ngadiprono" dalam bahasa Indonesia berarti Pasar Kebun Bambu Ngadiprono.
Pasar yang terletak di area kebun bambu Ngadiprono hanya seluas 2.500 meter persegi dan hanya dibuka setiap Ahad Wage dan Ahad Pon Saja dari pukul 06.00 - 12. 00 WIB. Lokasinya yang berada di pedesaan Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung tersebut hanya berkisar 30 menit dari kota Temanggung.
Selain pendapatan dari pasar tersebut untuk mengisi kas desa dan memajukan perekonomian para warga desa hal tersebut juga dipergunakan sebagai sara konservasi mengingat banyaknya bambu yang dipotong dan dijual ke perkotaan untuk bahan rumah sehingga lambat tahun stok bambu di desa tersebut semakin menipis.