Senin 30 Jul 2018 22:59 WIB

Pengungsi Gempa Lombok Butuh Makanan dan Selimut

Posko pengungsian yang berada di kaki Gunung Rinjani jika malam tiba sangat dingin. .

Rep: Antara/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Korban gempa bumi beristirahat di tenda darurat pengungsi, Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter memakan korban 15 orang tewas, 162 orang luka-luka serta ratusan rumah hancur. (FOTO : Akbar Nugroho Gumay/Antara)

Ridwan Wahyudi (6) salah seorang anak korban gempa bumi dipangku orang tuanya di tenda pengungsian SDN 1 Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Selong, NTB, Senin (30/7). Pengungsi korban gempa bumi Lombok yang berada di posko pengungsian kecamatan Sembalun dan Sambelia mengatakan membutuhkan makanan siap saji, obat-obatan dan selimut. (FOTO : Ahmad Subaidi/Antara)

Korban gempa bumi menangis saat dievakuasi di Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter memakan korban 15 orang tewas, 162 orang luka-luka serta ratusan rumah hancur. (FOTO : Akbar Nugroho Gumay/Antara)

Sejumlah korban gempa bumi berada di tenda pengungsian SDN 1 Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Selong, NTB, Senin (30/7). Pengungsi korban gempa bumi Lombok yang berada di posko pengungsian kecamatan Sembalun dan Sambelia mengatakan membutuhkan makanan siap saji, obat-obatan dan selimut. (FOTO : Ahmad Subaidi/Antara)

Korban gempa bumi beristirahat di tenda darurat pengungsi, Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter memakan korban 15 orang tewas, 162 orang luka-luka serta ratusan rumah hancur. (FOTO : Akbar Nugroho Gumay/Antara)

Korban gempa bumi beristirahat di tenda darurat pengungsi, Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). (FOTO : Akbar Nugroho Gumay/Antara)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TIMUR -- Ratusan warga yang mengungsi pascagempa bumi 6,4 Skala Richter, yang kini menempati posko pengungsian di Dusun Medas, Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, berharap bantuan makanan dan selimut serta popok bayi. "Saat ini yang kami butuhkan itu, makanan, air minum, dan popok bayi serta obat-obatan. Karena di lokasi pengungsian jumlahnya masih sangat terbatas, bahkan tidak ada," kata Kepala Dusun Medas, Saiful Nuryadi, Senin (30/7).

Selain makanan dan minuman, para pengungsi juga membutuhkan selimut. Karena, jika malam hari sangat dingin di posko pengungsian. Mengingat Dusun Medas sendiri berada di bawah kaki Gunung Rinjani dan dekat dengan pantai. "Kasihan kita lihat anak-anak tanpa ada selimut, kalau sudah malam hari," katanya menjelaskan.

Saiful menuturkan, di Dusun Medas terdapat 700 jiwa yang menempati lokasi pengungsian. Mulai dari bayi, anak-anak, orang dewasa hingga lansia. Sementara, 80 persen rumah warga mengalami rusak berat dan 20 persen rusak ringan. "Mereka belum mau kembali ke rumah. Karena masih khawatir ada gempa susulan," ucapnya.

Sementara itu, salah seorang warga yang tinggal di lokasi pengungsian Rinjawani Pebolaisia (30), mengaku belum berani kembali ke rumah. Dia pun berharap agar pemerintah segera mengirimkan bantuan yang dibutuhkan warga. Terutama tenda, mengingat kapasitas tenda masih sangat terbatas. Belum lagi makanan, air mineral, dan juga popok untuk bayi. "Dapur umum juga belum ada, padahal kita sangat butuh untuk membuat makanan. Pagi ini saja belum pada makan," katanya.

Presiden Joko Widodo dan Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi telah meninjau posko pengungsian di Dusun Medas pada Senin (30/7) pagi. Ia berharap kehadiran presiden bisa membantu para pengungsi mendapatkan kebutuhannya, terutama kebutuhan yang mendesak. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement