ulisan pengungsi korban gempa bumi dipasang di sebuah pohon di sekitar lokasi tempat pengungsian darurat di Kayangan, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8). Masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi.. (FOTO : Zabur Karuru/Antara)
Sejumlah remaja pengungsi korban gempa bumi meminta bantuan di tengah jalan di sekitar lokasi tempat pengungsian darurat di Kayangan, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8). Masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi. (FOTO : Zabur Karuru/Antara)
Tulisan pengungsi korban gempa bumi dipasang di sebuah potongan kayu di sekitar lokasi tempat pengungsian darurat di Kayangan, Lombok Utara, NTB, Minggu (12/8). Masih terdapat pengungsi yang belum mendapat bantuan karena sulitnya akses untuk menjangkau lokasi pengungsi. (FOTO : Zabur Karuru/Antara)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Penanganan korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dinilai lamban, khususnya dalam pemberian bantuan makanan yang tidak merata serta pembersihan puing-puing bangunan sisa bangunan. Saat ini sudah memasuki hari ketujuh pascagempa bumi berkekuatan tujuh skala Richter (SR).
Dari pantauan Antara, Sabtu (11/8), terlihat pendistribusian makanan bagi pengungsi tidak merata dan hanya fokus kepada satu daerah saja. Sedangkan untuk wilayah perbukitan di Lombok Utara yang notabene dekat dengan pusat gempa, seperti di Dusun Sambik Jengkel Timur, Dusun Tangga, dan Dompo Indah, sama sekali tidak terjamah.
sumber : Antara