Lintas Ekbis: Pasar Modal Melemah Saatnya Berinvestasi
Perang dagang dan neraca impor yang lebih tinggi menyebabkan nilai rupiah turun..
Rep: Republika, Antara/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi
Foto multi expose pegawai serta layar elektronik pergerakan nilai saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/9). (FOTO : Republika/Prayogi)
Founder importir.org Faisal Al Idrus, Ketua umum APERLINDO John Manopo, Project Director Chaoyu-Expo Leo Mo, Ketua Umum APTIKNAS & Ketua Umum DPP Sugiharto Santoso dan Ketua Umum ASSISINDO Tan Widarno (kiri-kanan) berbincang sambil membahas brosur mengenai International Electronic & Smart Appliances Expo 2019, usai memberikan penjelasan kepada rekan media, di Jakarta, Kamis (6/9). (FOTO : Darmawan / Republika)
Perakitan Mini Cooper Indonesia. Pekerja merakit mobil Mini Cooper di Pabrik BMW Production Network 2, Sunter, Jakarta, Kamis (6/9). (FOTO : Republika/ Wihdan)
Pekerja memproduksi tempe di kawasan Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/9). (FOTO : Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Chief of Corporate Affairs Go-Jek Indonesia Nila Marita memberikan apresiasi kepada perwakilan atlet peraih medali emas Aldila Sutjiadi di Jakarta, Kamis (6/9). (FOTO : Republika/Prayogi)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham tanah air mengalami tekanan. Harga-harga saham terteka. Perang dagang dan neraca impor yang lebih tinggi menyebabkan nilai rupiah turun terhadap dolar Amerika dan turut menyeret pasar saham di Indonesia, sehingga lesu akhir-akhir ini.
“Kondisi pasar yang sedang lesu saat ini dipengaruhi oleh banyaknya investor yang keluar dari bursa saham nasional, namun kami justru melihat ini sebagai peluang yang baik," kata Amran.
Amran menegaskan kondisi fundamental Indonesia masih sangat baik, terlihat dari pertumbuhan ekonomi mencapai 5,27 persen, inflasi masih terjaga di kisaran 3,2 persen, cadangan devisa masih aman di 118 miliar dolar AS dan peringkat surat utang negara dikategorikan Investment Grade. Berikut berita foto lintas ekonomi dan bisnis selengkapnya.
sumber : Republika, Antara