REPUBLIKA.CO.ID, SEBATIK -- Pulau Sebatik merupakan pulau terdepan dari Kalimantan Utara, wilayah utaranya termasuk dalam wilayah Malaysia sedangkan di bagian selatan merupakan wilayah Indonesia. Pulau yang berbatasan langsung dengan Kota Tawau, salah satu kota di Malaysia.
Perbatasan di Desa Aji Kuning, Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Pulau Sebatik, Kalimantan Utara itu dibatasi dengan tiang bendera merah putih. Tiang bendera pendek kecil bertuliskan P3 (Patok 3). Di samping tiang pendek itu ada tiang bendera merah putih yang lebih tinggi yang bertuliskan 'Kokohkan Merah Putih di Tapal Batas'.
Deretan rumah yang berbaris di garis perbatasan Indonesia-Malaysia ini memiliki keunikan. Rumah mereka terbelah berada di dua wilayah negara yang berbeda. Salah satunya adalah milik Pak Mangapara yang sudah menetap disana selama kurang lebih 20 tahun. Rumah dengan warna merah-putih milik pria ini terbagi dua oleh batas negara. Ruang tamu dan tempat tidur menjadi bagian dari wilayah Indonesia, sementara halaman rumah belakang, dapur danWC-nya masuk ke wilayah Malaysia.
"Saya warga Indonesia. Sebenarnya tanah belakang rumah saya ini punya tetangga Malaysia yang sudah kenal dekat. Bagian dapur dibolehkan sama tetangga untuk dibangun, dia baik tapi sekarang sudah meninggal," ujar Mangapara.
Kehidupan masyarakat Pulau Sebatik sangat beragam. Kita bisa menemui orang-orang dengan latar belakang suku yang berbeda namun tetap bisa hidup berdampingan satu sama lain dengan aman dan damai.
Masyarakat Pulau Sebatik masih menggunakan dua mata uang, mereka memakai Ringgit dan Rupiah. Mata uang Ringgit digunakan para pedagang untuk berbelanja pasokan komoditas barang, terutama kebutuhan sehari-hari ke Malaysia.
Warga berharap jika suatu hari nanti ada toko Indonesia di Pulau Sebatik yang menjual kebutuhan pokok dengan harga tidak jauh dari Malaysia. Ia sangat berharap pemerintah untuk membantu rakyat di perbatasan ini untuk dapat berbelanja kebutuhan pokok dengan harga yang murah dan mudah.