Selasa 04 Dec 2018 21:39 WIB

Darurat Sampah Plastik di Laut Jakarta

3,2 juta ton dari 64 juta ton sampah plastik Indonesia terbawa hanyut ke laut..

Rep: Putra M Akbar/ Red: Yogi Ardhi

Sandal karet menjadi salah satu sampah yang ditemukan di pesisir pantai Jakarta (FOTO : Putra M Akbar)

Berbagai jenis sampah yang ditemukan di pelabuhan rakyat di CIlincing. Jakarta Utara (FOTO : Putra M Akbar)

Berbagai jenis sampah yang ditemukan di pesisir pantai Jakarta (FOTO : Putra M Akbar)

Botol air mineral dalam kemasan merupakan salah satu sampah plastik terbanyak. (FOTO : Putra M Akbar)

Tumpukan sampah membentuk daratan baru di pesisir Jakarta Utara (FOTO : Putra M Akbar)

Berbagai jenis sampah yang ditemukan di pesisir pantai Jakarta (FOTO : Putra M Akbar)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Indonesia merupakan negara maritim yang 2/3 luas wilayahnya terdiri dari lautan. Bahkan Indonesia termasuk negara dengan l.aut terluas di dunia. Namun, luasnya laut Indonesia tidak sebanding dengan tanggung jawab manusianya  untuk merawat dan menjaga peraran ini.

 

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik per tahun dengan 3,2 juta ton diantaranya mengalir ke laut. Dari jumlah itu, 80 persen merupakan sampah yang berasal dari daratan dan mengalir ke laut melalui berbagai sungai. Dengan jumlah sampah tersebut, Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

 

Sampah di Ibu Kota Jakarta sendiri menjadi salah satu permasalahan serius yang belum terselesaikan. Seperti salah satu teluk Jakarta di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Kawasan ini menjadi tempat bermuaranya limbah rumah tangga yang berasal dari aliran sungai. Kondisinya begitu memprihatinkan. Sampah yang didominasi oleh sampah plastik tersebut telah mengering dan menumpuk hingga membentuk daratan baru yang bisa dilalui oleh warga sekitar.

 

Muhammad Lasri (73) salah satu warga sekitar yang berprofesi sebagai pemulung mengatakan, kawasan tersebut memang sudah dari dahulu menjadi tempat bermuaranya sampah. Warga setempat bahkan sudah ‘kebal’ dengan keberadaan sampah itu. “Warga sih sudah terbiasa sama sampah ini, malahan dengan adanya sampah ini kita jadi kebantu ada jalan setapak sampai ada yang bikin kandang kambing diatasnya,” ujar Lasri.

 

Keberadaan sampah yang tidak pada tempatnya tersebut dapat menimbulkan penyakit bagi warga yang tinggal di pesisir, mencemari laut dan membahyakan ekosistem laut. Peristiwa matinya paus di perairan Wakatobi akibat memakan limbah termasuk sampah plastik menjadi potret suram kondisi perarairan di Indonesia.

Perlu adanya tindakan tegas dari pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk meminimalisir peredaran dan penggunaan produk berbahan plastik demi kebaikan lingkungan.  Kerusakan yang  ditimbulkan oleh sampah plastik akan semakin parah  apabila permasalahan ini terus berlarut. Dan laut  akan menerima dampak luar biasa jika tidak diambil langkah segera.

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement