Selasa 08 Jan 2019 23:53 WIB

Setahun Citarum Harum (1)

Limbah berwarna-warni kerap ‘mewarnai’ sungai ini. .

Rep: Raisan Al Farisi/ Red: Yogi Ardhi

Anggota TNI mengambil sampah saat melakukan patroli bersih di Kawasan Hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/3). Dalam enam bulan kedepan, kegiatan tersebut difokuskan pada revitalisasi dan rehabilitasi kawasan hulu yang merupakan rangkaian dari program Citarum Harum. (FOTO : Raisan Al Farisi/Antara)

Foto udara permukiman terdampak banjir di Dayeuh Kolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (26/2). Luapan Sungai Citarum yang merendam sedikitnya 9.000 rumah di 8 kecamatan Kabupaten Bandung. (FOTO : Raisan Al Farisi/Antara)

Warga mencari ikan diantara sampah dan eceng gondok di Sungai Citarum Kawasan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (26/6). (FOTO : Raisan Al Farisi/Antara)

Kondisi sampah yang menumpuk di Sungai Citarum Lama, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (30/12/2018). Data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat mencatat setiap harinya Sungai Citarum menerima 1.500 ton sampah baik sampah rumah tangga maupun limbah industri. (FOTO : Raisan Al Farisi/Antara)

Kondisi sampah yang menumpuk di Sungai Citarum Lama, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (30/12/2018). Data dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat mencatat setiap harinya Sungai Citarum menerima 1.500 ton sampah baik sampah rumah tangga maupun limbah industri. (FOTO : Raisan Al Farisi/Antara)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membentang 300 km dari hulu sungai hingga muara di utara pulau Jawa, Sungai Citarum memiliki sejarah panjang di Tatar Sunda.  Kini seiring perkembangan di era modern sungai ini memutar turbin listrik di dua bendungan raksasa, mengairi 400.000 hektar sawah. Tidak kurang 28 juta penduduk menggantungkan hajatnya pada aliran sungai ini. 

 

Pada tahun 70-an pabrik-pabrik bermunculan di sepanjang sungai. Tidak kurang dari 3200 pabrik kini berdiri di sepanjang aliran sungai dan anak sungai Citarum. Puluhan ton limbah rumah tangga, kotoran hewan ternak dan manusia dibuang ke aliran sungai ini setiap harinya.

 

Berbagai jenis polutan kimiawi seperti Merkuri, Besi, Mangan, Timbal, Sulfur, dan Klor pun ikut dibuang ke Citarum. Menurut Dinas Lingkungan Hidup setempat 90 persen pabrik yang ada di aliran sungai ini  tidak memiliki instalasi pengolah limbah. Sebuah kantor berita asing bahkan menasbihkannya ‘sungai terkotor di dunia’pada sungai Citarum.

 

Kepala Loka Riset Pemacuan Stok Ikan di Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Didik Wahju Hendro Tjahjo, mengatakan sebanyak 14 jenis ikan asli Sungai Citarum diperkirakan telah punah dalam kurun 40 tahun hingga 2007. Selain oleh perubahan habitat pemijahan dan pembesaran akibat pembendungan sungai, ikan-ikan itu punah karena tak mampu beradaptasi dengan air yang kian tercemar oleh limbah.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement