Senin 19 Aug 2019 20:00 WIB

Sawahlunto, dari Kota Mati Menjadi Warisan Budaya UNESCO (2)

.

Rep: Antara/ Red: Yogi Ardhi

Suasana lansekap kota Sawahlunto, terlihat dari Puncak Cemara. (FOTO : Iggoy El Fitra/Antara)

Pengunjung memegang bongkahan batu bara yang ada di Museum Tambang Ombilin, Sawahlunto. (FOTO : Iggoy El Fitra/Antara)

Pemadu wisata menjelaskan tentang sejarah Lubang Mbah Suro di bekas tambang batu bara di Sawahlunto. (FOTO : Iggoy El Fitra/Antara)

Papan menunjukkan angka tanda jarak terowongan dari pintu masuk di Lubang Mbah Suro, Sawahlunto. (FOTO : Iggoy El Fitra/Antara)

Bangunan silo, bekas penyimpanan batu bara yang kini menjadi cagar budaya dan dimanfaatkan sebagai arena panjat tebing di Sawahlunto. (FOTO : Iggoy El Fitra/Antara)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Lubang Mbak Suro merupakan terowongan tambang yang dibuat oleh orang rantai (pekerja paksa) pada tahun 1898. Terowongan itu menjadi saksi bisu aktivitas penambangan batu bara di Sawahlunto, yang kemudian dibuka kembali sebagai objek wisata sejak tahun 2008.

 

Pemerintah Kota Sawahlunto juga mendatangkan kembali lokomotif legendaris E1060 "Mak Itam" yang pernah mengangkut batu bara dari kota itu ke pelabuhan Teluk Bayur.

Hingga saat ini, tercatat 119 cagar budaya di Sawahlunto masih dijaga dengan baik.Situs tambang batu bara Ombilin dimasukkan ke daftar sementara warisan dunia UNESCO kategori budaya sejak 2015.

Keunikan tambang Ombilin menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa dalam eksplorasi batu bara di masa akhir abad ke-19 sampai masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.

Alhasil, setelah melalui penilaian, kota Sawahlunto resmi masuk daftar Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO dalam pergelaran Sesi Ke-43 Pertemuan Komite Warisan Dunia, Sabtu (6/7/2019), di Baku, Azerbaijan.

Situs pertambangan batu bara Ombilin menjadi yang kelima sebagai warisan budaya dunia UNESCO di Indonesia, setelah Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996) dan sistem Subak di Bali (2012).

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement