REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asap membubung tinggi dari titik kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah lokasi di Pulau Kalimantan. Pulau terbesar ketiga di dunia, di mana hutan tropis sekaligus salah satu paru-paru dunia.
Pada 2019 ini bencana Karhutla pun kembali terjadi dengan jumlah titik panas paling banyak sejak kebakaran tahun 2015. Penyebab yang sama dari tahun ke tahun. Musim kemarau, udara kering El Nini, dan pembakar hutan.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) yang dipublikasikan pada Senin, 30 September 2019, luas karhutla di seluruh Indonesia telah mencapai 328.724 hektare dan terus meluas yang mengakibatkan kabut asap pekat melanda kota dan kabupaten di sejumlah provinsi di Indonesia.