Pekerja mengolah tanah liat untuk dijadikan batu bata di sentra industri batu bata tradisional Desa Tegalarum, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (6/1/2020). (FOTO : AJI STYAWAN/ANTARA FOTO)
Pekerja membakar olahan tanah liat untuk dijadikan batu bata di sentra industri batu bata tradisional Desa Tegalarum, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (6/1/2020). (FOTO : AJI STYAWAN/ANTARA FOTO)
Pekerja menjemur olahan tanah liat untuk dijadikan batu bata di sentra industri batu bata tradisional Desa Tegalarum, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (6/1/2020). (FOTO : AJI STYAWAN/ANTARA FOTO)
Pekerja menjemur olahan tanah liat untuk dijadikan batu bata di sentra industri batu bata tradisional Desa Tegalarum, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (6/1/2020). (FOTO : AJI STYAWAN/ANTARA FOTO)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Memasuki musim penghujan di tanah air mempengaruhi produksi batu bata tradisional di sentra industri batu bata kawasan Demak, Jawa Tengah.
Produsen batu bata tradisional Desa Tegalarum, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, masih menggunakan sinar matahari untuk proses penjemurannya sehingga hujan dan mendung membuat proses penjemuran berlangsung lama.
Pada musim penghujan produksi batu bata yang dijual dengan harga Rp 600 per buah ini turun dari sekitar 120.000 buah per bulan menjadi sekitar 40.000 buah per bulan.
sumber : Antara Foto