REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Wisma Atlet dirancang bukan untuk rumah sakit. Karena darurat Covid-19, Wisma Atlet “disulap” menjadi RS Darurat Covid-19. Hingga Jumat (11/09/2020), ada 1.660 pasien Covid-19, yang dirawat inap di sana. Padahal, baru 4 bulan lebih beroperasi, sejak Senin (23/03/2020). Bagaimana mengintegrasikan seluruh aktivitas di sana?
Mayjen Tugas Ratmono adalah Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) di Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ruangan yang ditempatinya, menyatu dengan sejumlah staf lainnya. Suasana di ruangan di lantai 2 Tower 2 tersebut, lebih mirip sebagai Posko. Meja kerja Mayjen Tugas Ratmono berdekatan dengan jendela kaca lebar, yang memungkinkannya untuk melihat ke sebagian halaman Wisma Atlet.
Bahkan, tanpa menoleh pun, sebagian halaman Wisma Atlet langsung bisa ia pantau. Yang jadi masalah, Mayjen Tugas Ratmono ingin memantau kondisi 1.660 pasien Covid-19, yang dirawat inap di sana, secara cepat. Bukan dengan cara menyusuri laporan demi laporan, dari bagian ke bagian, yang dikirimkan kepadanya secara digital
Yang bisa memenuhi keinginan Mayjen Tugas Ratmono tersebut, tentulah aplikasi digital, yang bisa diakses secara daring. Yang seluruh data digital terintegrasi dan update. Nah, itulah yang sedang dikerjakan kini, dengan melibatkan vendor, untuk mengakomodasi keinginan tersebut. Pada Jumat (11/09/2020) lalu, Mayjen Tugas Ratmono sudah menunjukkan prototipe-nya, melalui gawai yang ada di genggamannya.
Data kondisi tiap pasien yang update, yang terintegrasi, tentulah sangat dibutuhkan, untuk mengambil kebijakan. Mayjen Tugas Ratmono memberi contoh tentang penggunaan vitamin. Jika penggunaan vitamin oleh pasien terdata dan terintegrasi secara digital, tentu akan memudahkan bagian logistik untuk mengantisipasi pembelian vitamin. Demikian pula dengan obat-obatan serta kebutuhan harian lainnya.
Yang berlangsung kini, masih semi digital. Menurut Mayjen Tugas Ratmono, setelah aplikasi tersebut selesai, berapa real-nya unit kamar yang masih tersedia, dengan cepat bisa diketahui. Dengan demikian, jika aplikasi sejenis yang berada di berbagai rumah sakit dan tempat perawatan pasien Covid-19 lainnya terintegrasi, maka akan segera diketahui kemampuan serapan terkini. Artinya, ada indikator yang bisa digunakan para pemangku kepentingan, untuk segera melakukan antisipasi.
Dalam konteks Tower 5, yang khusus untuk isolasi mandiri pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 tapi tanpa gejala (OTG), ada aplikasi yang juga tengah di-develop tim Mayjen Tugas Ratmono. Aplikasi tersebut nantinya akan terhubung dengan smartphone masing-masing OTG yang menempati Tower 5.
Secara berkala, akan ada notifikasi kepada mereka, untuk mengisi kolom yang sudah tersedia di aplikasi. Misalnya, notifikasi pagi hari, tentang apa yang mereka rasakan setelah bangun tidur. Juga, apa yang mereka alami saat ke toilet pagi itu. Termasuk kondisi buang air besar (BAB) dan warna urine.
Dalam hal ini, tiap pasien OTG mendeteksi serta meng-input kondisi diri mereka, secara berkala. Ibaratnya, tiap pasien OTG membuat catatan harian tentang kondisi diri masing-masing. Karena input kondisi diri tersebut dilakukan di aplikasi, maka data seluruh pasien OTG itu akan terintegrasi.
Data tersebut akan dianalisa tim Mayjen Tugas Ratmono di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran. Maka, secara komprehensif, perkembangan tiap pasien OTG di Tower 5, akan dipantau secara intensif. Secara keseluruhan, juga akan diketahui, kondisi pasien OTG tersebut, dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, aplikasi pemantau diri pasien OTG itu, sekaligus merupakan bahan penting untuk riset OTG. Kita tahu, hingga saat ini, belum ada jawaban, kenapa seseorang yang sudah terkomfirmasi positif Covid-19, tapi tidak menunjukkan gejala?
Artinya, aplikasi pemantau diri pasien OTG itu, bukan hanya bermanfaat untuk kebutuhan harian di RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, tapi sekaligus akan bermanfaat dalam skala yang lebih luas. Gerakan Integrasi Digital yang tengah dilakukan Mayjen Tugas Ratmono di RSDC Wisma Atlet, tentu patut mendapatkan apresiasi, dalam konteks percepatan penanganan Covid-19.
Oh, ya, selain itu, tiap pasien OTG yang memasuki Tower 5, sudah bisa langsung melakukan scan QR Codes, untuk mengisi data awal tentang diri sendiri. Selanjutnya, petugas di front office Tower 5 akan melakukan pengecekan terhadap suhu badan, tekanan darah, dan beberapa hal lain yang relevan.
Pelayanan serta penanganan yang terbaik, itulah yang terus diupayakan Mayjen Tugas Ratmono bersama tim di RSDC Wisma Atlet. Upaya itu semata-mata ditujukan, demi kepulihan pasien Covid-19.