Kamis 05 Nov 2020 00:25 WIB

Infografis Polemik Pembangunan Wisata Komodo

KLHK mengklaim wisata komodo dibangun dengan tidak mengganggu komodo.

Foto: Republika
Polemik pembangunan wisata Komodo

REPUBLIKA.CO.ID, Foto seekor komodo yang seakan mengadang truk menjadi viral. Akibatnya, publik mempertanyakan apakah pembangunan kawasan wisata komodo di Loh Buaya, Pulau Rinca, Manggarai, NTT, adalah langkah bijak dalam upaya konservasi komodo?

Walhi

Baca Juga

"Kami sudah protes dari tahun lalu terkait pembangunan Jurassic Park tersebut di pulau komodo. Ini jelas membahayakan genetik dan ekosistem komodo. Bahkan, tidak ada pembahasan analisis dampak lingkungan (AMDAL) sama sekali. Bisa dibayangkan jika pembangunan ini tetap dilanjutkan. Komodo tersebut akan punah," kata Direktur Walhi NTT, Umbu Wulang.

Greenpeace

Pembangunan wisata premium membuat hilangnya kearifan lokal. Di sekitar Pulau Komodo terdapat masyarakat yang sudah lama berdampingan dengan komodo. Team Leader Juru Kampanye Hutan dari Greenpeace Arie Rompas mengatakan mereka biasa menjaga komodo tersebut tetap hidup sesuai habitatnya. Pembangunan wisata premium tersebut juga menghancurkan identitas komodo.

Peneliti Herpetofauna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Evy Arida menilai pemerintah mengambil keputusan untuk membangun wisata terkonsep untuk melindungi komodo. Bukan untuk merusak ekosistem komodo. Kawasan wisata penting karena masyarakat butuh edukasi tentang komodo.

"Kami membangun sarpras ini agar menjadi wisata komodo yang tidak bisa langsung bersentuhan dengan komodo. Jadi, nanti yang berkunjung kesini mengetahui sejarah komodo, melihat komodo berkembang biaknya seperti apa. Ini bukan sektor pribadi kok. Ini dibangun oleh pemerintah," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno.

KLHK pastikan komodo dijaga 10 ranger setiap hari. Sehingga para komodo ini dipastikan aman dan tidak terganggu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement