Perajin menyelesaikan pembuatan layangan tarung di Lausis classic fighter, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022). Bisnis layangan tarung atau layangan adu yang berdiri sejak tahun 1999 itu menggunakan bahan dasar bambu petung, kertas doorslag, benang gelasan dan memiliki ciri khas berupa cap hologram yang dijual Rp15 ribu hingga Rp 60 ribu tergantung ukuran dan desain. (FOTO : Antara/Asprilla Dwi Adha)
Perajin menata layangan tarung di Lausis classic fighter, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022). Bisnis layangan tarung atau layangan adu yang berdiri sejak tahun 1999 itu menggunakan bahan dasar bambu petung, kertas doorslag, benang gelasan dan memiliki ciri khas berupa cap hologram yang dijual Rp15 ribu hingga Rp 60 ribu tergantung ukuran dan desain. (FOTO : Antara/Asprilla Dwi Adha)
Calon pembeli memilih layangan tarung di Lausis classic fighter, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022). Bisnis layangan tarung atau layangan adu yang berdiri sejak tahun 1999 itu menggunakan bahan dasar bambu petung, kertas doorslag, benang gelasan dan memiliki ciri khas berupa cap hologram yang dijual Rp15 ribu hingga Rp 60 ribu tergantung ukuran dan desain. (FOTO : Antara/Asprilla Dwi Adha)
Calon pembeli memilih layangan tarung di Lausis classic fighter, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022). Bisnis layangan tarung atau layangan adu yang berdiri sejak tahun 1999 itu menggunakan bahan dasar bambu petung, kertas doorslag, benang gelasan dan memiliki ciri khas berupa cap hologram yang dijual Rp15 ribu hingga Rp 60 ribu tergantung ukuran dan desain. (FOTO : Antara/Asprilla Dwi Adha)
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Perajin menyelesaikan pembuatan layangan tarung di Lausis classic fighter, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022). Bisnis layangan tarung atau layangan adu yang berdiri sejak tahun 1999 itu menggunakan bahan dasar bambu petung, kertas doorslag, benang gelasan dan memiliki ciri khas berupa cap hologram yang dijual Rp15 ribu hingga Rp 60 ribu tergantung ukuran dan desain.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
