Jumat 24 Jun 2022 17:02 WIB

Produksi Garam Jono di Desa Jono Grobogan, Jateng

Pengelolaan garam Jono telah dimulai di masa kolonial Belanda..

Rep: Yusuf Nugroho/ Red: Yogi Ardhi

Petani menuangkan air ke atas klakah atau bilah bambu saat produksi garam Jono di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (24/6/2022). Pengelolaan garam Jono telah dimulai di masa kolonial Belanda dengen keunggulan rasa lebin gurih karena bahan bakunya berasal dari air sumur sekitar dan sekarang terdapat 50 petani yang memproduksi garam itu dengan harga jual Rp10.000 per kilogram. (FOTO : ANTARA/Yusuf Nugroho)

Petani mengeruk garam dari klakah atau bilah bambu saat panen garam Jono di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (24/6/2022). Pengelolaan garam Jono telah dimulai di masa kolonial Belanda dengen keunggulan rasa lebin gurih karena bahan bakunya berasal dari air sumur sekitar dan sekarang terdapat 50 petani yang memproduksi garam itu dengan harga jual Rp10.000 per kilogram. (FOTO : ANTARA/Yusuf Nugroho)

Petani mengeruk garam dari klakah atau bilah bambu saat panen garam Jono di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (24/6/2022). Pengelolaan garam Jono telah dimulai di masa kolonial Belanda dengen keunggulan rasa lebin gurih karena bahan bakunya berasal dari air sumur sekitar dan sekarang terdapat 50 petani yang memproduksi garam itu dengan harga jual Rp10.000 per kilogram. (FOTO : ANTARA/Yusuf Nugroho)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, GROBOGAN -- Petani mengeruk garam dari "klakah" atau bilah bambu saat panen garam Jono di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (24/6/2022). Pengelolaan garam Jono telah dimulai di masa kolonial Belanda dengen keunggulan rasa lebin gurih karena bahan bakunya berasal dari air sumur sekitar dan sekarang terdapat 50 petani yang memproduksi garam itu dengan harga jual Rp10.000 per kilogram. 

sumber : Antara Foto
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement