REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Layanan pemantau atmosfer Uni Eropa, Copernicus Atmospheric Monitoring Service, mengungkapkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) skala besar yang melanda Kanada telah melepaskan 160 juta ton karbon. Angka itu memecahkan rekor pelepasan karbon akibat karhutla di Kanada pada tahun-tahun sebelumnya.
Canadian Interagency Forest Fire Centre (CIFFC) mengungkapkan, karhutla di Kanada tahun ini merupakan yang terburuk, dengan total luas lahan yang terbakar mencapai sekitar 76 ribu kilometer persegi. Menurut CIFFC, luas tersebut lebih besar dari gabungan area yang terbakar pada 2016, 2019, 2020, dan 2022.
Per 26 Juni 2023, emisi tahunan dari karhutla saat ini menjadi yang terbesar bagi Kanada sejak pemantauan satelit dimulai pada 2003. Angkanya melampaui yang pernah tercatat pada 2014, yakni sebesar 140 juta ton. “Perbedaannya adalah kebakaran di Kanada bagian timur mendorong pertumbuhan emisi ini lebih dari sekadar di Kanada bagian barat,” kata Mark Parrington, ilmuwan senior di Copernicus Atmospheric Monitoring Service, Selasa (27/6/2023).
Sementara itu, kualitas udara di Kota New York, Amerika Serikat (AS), bisa memburuk karena dampak kebakaran hutan di negara tetangga Kanada. Hal itu karena terjadinya perubahan arah angin.
"Karena arah angin masuk dan kebakaran hutan Kanada yang sedang berlangsung, Kota New York dapat mengalami kualitas udara yang lebih buruk, Rabu, 28 Juni," kata Wali Kota Eric Adams di Twitter.