Sabtu 24 May 2025 18:30 WIB

Mengenang Jejak Karya Sastrawan Hamzah Fansuri

Hamzah Fansuri adalah sastrawan dan juga ulama pada abad ke-16 .

Red: Edwin Dwi Putranto

Pelajar menyaksikan naskah kuno saat berlangsungnya pameran karya besar sastrawan Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh Memory of the World (MOW) UNESCO di Museum Aceh, Banda Aceh, Sabtu (24/5/2025). Pameran yang menampilkan karya Hamzah Fansuri, seorang sastrawan dan juga ulama pada abad ke-16 dan beberapa karya sastrawan Aceh lainnya tempo dulu itu bertujuan menghidupkan kembali khazanah sastra dan budaya Aceh yang telah diakui dunia sebagai bagian dari kekayaan nusantara. (FOTO : ANTARA FOTO/Ampelsa)

Pelajar menyaksikan naskah kuno saat berlangsungnya pameran karya besar sastrawan Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh Memory of the World (MOW) UNESCO di Museum Aceh, Banda Aceh, Sabtu (24/5/2025). Pameran yang menampilkan karya Hamzah Fansuri, seorang sastrawan dan juga ulama pada abad ke-16 dan beberapa karya sastrawan Aceh lainnya tempo dulu itu bertujuan menghidupkan kembali khazanah sastra dan budaya Aceh yang telah diakui dunia sebagai bagian dari kekayaan nusantara. (FOTO : ANTARA FOTO/Ampelsa)

Pelajar menyaksikan naskah kuno saat berlangsungnya pameran karya besar sastrawan Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh Memory of the World (MOW) UNESCO di Museum Aceh, Banda Aceh, Sabtu (24/5/2025). Pameran yang menampilkan karya Hamzah Fansuri, seorang sastrawan dan juga ulama pada abad ke-16 dan beberapa karya sastrawan Aceh lainnya tempo dulu itu bertujuan menghidupkan kembali khazanah sastra dan budaya Aceh yang telah diakui dunia sebagai bagian dari kekayaan nusantara. (FOTO : ANTARA FOTO/Ampelsa)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Pelajar menyaksikan naskah kuno saat berlangsungnya pameran karya besar sastrawan Hamzah Fansuri dan Hikayat Aceh Memory of the World (MOW) UNESCO di Museum Aceh, Banda Aceh, Sabtu (24/5/2025).

Pameran yang menampilkan karya Hamzah Fansuri, seorang sastrawan dan juga ulama pada abad ke-16 dan beberapa karya sastrawan Aceh lainnya tempo dulu itu bertujuan menghidupkan kembali khazanah sastra dan budaya Aceh yang telah diakui dunia sebagai bagian dari kekayaan nusantara.

sumber : Antara Foto
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement