Kamis 02 Oct 2025 20:12 WIB

Keterbatasan Bukan Halangan, Batik Jadi Perjuangan

Keterampilan membatik jadi jalan disabilitas untuk membuka lapangan kerja.

Red: Edwin Dwi Putranto

Penyandang disabilitas cerebral palsy Ika Yuniarti membuat batik tulis di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Kerajinan batik disabilitas di Difabelzone tak hanya dipasarkan di dalam negeri namun juga menembus pasar internasional seperti Jepang, Jerman dan negara Eropa lainnya. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas daksa Mulyani beraktivitas di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. Hasil karya mereka dipasarkan secara langsung maupun lewat online. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas cerebral palsy Ika Yuniarti (kiri) dan Andriani menyelesaikan pembuatan batik di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Melalui keterampilan membatik, para disabilitas di Komunitas Difabelzone berjuang untuk hidup mandiri dan mendapatkan kesempatan lapangan pekerjaan. Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas daksa Suhartono membuat sketsa motif batik di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. Hasil karya mereka dipasarkan secara langsung maupun lewat online. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas cerebral palsy Ika Yuniarti membuat batik tulis di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Kerajinan batik disabilitas di Difabelzone tak hanya dipasarkan di dalam negeri namun juga menembus pasar internasional seperti Jepang, Jerman dan negara Eropa lainnya. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Canting dan kain batik terlihat di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. Hasil karya mereka dipasarkan secara langsung maupun lewat online. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas daksa Sabar (kanan) dan Mulyani menyelesaikan proses pewarnaan batik di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. Produk yang dihasilkan beragam terdiri dari kain batik tulis, kemeja, totebag, dompet, pouch, sajadah hingga sarung bantal. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas daksa Mulyani (kanan) dibantu rekannya Andriani menjemur batik tulis di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. Hasil karya mereka dipasarkan secara langsung maupun lewat online. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas daksa Mulyani menata produk hasil kerajinan batik di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Saat ini ada 50 orang pengrajin batik difabel yang bernaung di komunitas Difabelzone. Produk yang dihasilkan beragam terdiri dari kain batik tulis, kemeja, totebag, dompet, pouch, sajadah hingga sarung bantal. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

Penyandang disabilitas cerebral palsy Ika Yuniarti menunjukkan batik tulis yang sedang dibuatnya di Komunitas Difabelzone, Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025). Kerajinan batik disabilitas di Difabelzone tak hanya dipasarkan di dalam negeri namun juga menembus pasar internasional seperti Jepang, Jerman dan negara Eropa lainnya. (FOTO : Edwin Putranto/Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Di balik setiap goresan malam dan motif batik para disabilitas, tersimpan kisah-kisah perjuangan yang luar biasa. Mereka yang kerap dipandang sebelah mata karena keterbatasan fisik, justru menunjukkan bahwa semangat dan karya tak pernah bisa dibatasi.

Hal ini terlihat di Komunitas Difabelzone Bantul yang merupakan tempat berkumpulnya 50 orang pengrajin batik difabel. Ika Yuniarti salah satu pengrajin batik di Komunitas Difabelzone menuturkan, penyakit cerebral palsy yang diidapnya tak menyurutkan semangatnya untuk membatik.

Awal belajar menekuni batik, Ika kesulitan untuk memegang canting dengan tangan. “Saya dulu sering menangis saat gagal membuat batik, tapi saya tidak mau menyerah,” katanya kepada Republika saat ditemui di Workshop Difabelzone di Bantul, Yogyakarta, Kamis (2/9/2025).

Mentornya dalam membuat batik, Lidwina Wuri yang juga merupakan penggagas berdirinya Komunitas Difabelzone, kemudian menyarankan Ika untuk mengganti canting dengan kuas lukis. Sejak saat itu, lahir karya batik Ika yang khas dengan menggunakan kuas.

“Tapi sekarang saya juga sudah bisa membatik dengan menggunakan canting,” sambungnya.

Melalui keterampilan membatik, para disabilitas di Komunitas Difabelzone berjuang untuk hidup mandiri dan mendapatkan kesempatan lapangan pekerjaan.

Hasil karya mereka dipasarkan secara langsung maupun lewat online. Kerajinan batik disabilitas di Difabelzone tak hanya dipasarkan di dalam negeri namun juga menembus pasar internasional seperti Jepang, Jerman dan negara Eropa lainnya.

Produk yang dihasilkan beragam terdiri dari kain batik tulis, kemeja, totebag, dompet, pouch, sajadah hingga sarung bantal.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement