Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kanan), bersama sejumlah anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan keterangan pers terkait komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kanan), bersama sejumlah anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan keterangan pers terkait komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kanan), bersama sejumlah anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan keterangan pers terkait komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kanan), bersama sejumlah anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan keterangan pers terkait komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (lima dari kiri), bersama anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas memberikan keterangan pers mengenai komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).(Republika/Yasin Habibi)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menyampaikan keterangan pers mengenai komposisi sumber BBM di Indonesia di Kementrian ESDM, Jakarta, Ahad (21/12).
Tim Reformasi merekomendasikan kepada pemerintah untuk menghentikan impor BBM jenis RON 88 alias bensin dan Gasoil 0,35 persen sulfur (Solar) dan menggantinya dengan impor Mogas 92 dan Gasoil 0,25 persen sulfur.