Ekosistem mangrove yang rusak akibat abrasi di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4).Republika/Raisan Al Farisi (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Kapal tongkang bernama "Queen of The Netherlands" yang digunakan untuk mengeruk pasir bawah laut untuk reklamasi Teluk Jakarta beroperasi di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4).Republika/Raisan Al Farisi (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Kapal tongkang bernama "Queen of The Netherlands" yang digunakan untuk mengeruk pasir bawah laut untuk reklamasi Teluk Jakarta beroperasi di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4).Republika/Raisan Al Farisi (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah nelayan terpaksa mendorong perahu akibat dangkalnya air laut di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4).Republika/Raisan Al Farisi (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Spanduk berisi penolakan pengerukan pasir terpasang di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4).Republika/Raisan Al Farisi (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
Ekosistem mangrove yang rusak akibat abrasi di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4).Republika/Raisan Al Farisi (FOTO : Republika/Raisan Al Farisi)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Pengerukan pasir laut di Serang, Banten, untuk reklamasi Teluk Jakarta membawa dampak buruk bagi kondisi lingkungan sekitar. Abrasi, kerusakan ekosistem mangrove hingga sulitnya nelayan mencari ikan adalah beberapa persoalan yang muncul akibat aktifitas pengerukan pasir laut tersebut. Pemda Banten pun telah memberi instruksi penghentian seluruh aktivitas pengerukan pasir laut yang ada di Banten, karena dikhawatirkan dapat merusak lingkungan.
sumber : Republika Foto