Redaktur Republika Yeyen Rostiani, Imam Masjid Al-Hikmah New York Shamsi Ali, Pengasuh Pesantren Tahfizh Darul Quran Ahmad Jamil dan Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Masthuriyah Deden Sukendar dalam acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika (FOTO : Darmawan/Republika)
Imam Masjid Al-Hikmah New York Shamsi Ali, berbicara pada acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika, Rabu (25/1) (FOTO : Darmawan/Republika)
Pengasuh Pesantren Tahfizh Darul Quran Ahmad Jamil menyampaikan paparan pada acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika, Rabu (25/1) (FOTO : Darmawan/Republika)
Imam Masjid Al-Hikmah New York Shamsi Ali berbicara pada acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika, Rabu (25/1) (FOTO : Darmawan/Republika)
Imam Masjid Al-Hikmah New York Shamsi Ali, Pengasuh Pesantren Tahfizh Darul Quran Ahmad Jamil, Dosen Sekolah Tinggi Agam Islam Al-Masthuriyah Deden Sukendar (kiri-kanan) berbincang usai pada acara diskusi mengenai kehidupan beragama di Amerika, Rabu (25/1) (FOTO : Darmawan/Republika)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Masjid Al Hikmah New York AS, Shamsi Ali, Pengasuh Pesantren Tahfizh Darul Quran Ahmad Jamil (kedua kanan), Pesantren Al-Masthuriyah Deden Sukandar, menjadi pembicara dengan tema ‘Kehidupan Beragama di Amerika’ yang diadakan di Pusat Kebudayaan AS @america, Jakarta, Rabu (25/1).
Dalam diskusi dibahas berbagai pengalaman kehidupan sehari-sehari sebagai muslim yang notabene minoritas di Amerikal. Pengalaman yang memberikan perspektif lain lepas dari bingkai stereotip yang kerap muncul di media massa.
Dalam acara yang dipandu redaktur desk luar negeri Harian Republika, Yeyen Rostiani, terungkap prasangka dan stereotip yang kerap muncul tadi menghambat pengertian keduabelah pihak. Shamsi Ali menyoroti perlunya tindak nyata dalam menjalin pengertian umat beragama tidak sekedar dialog sesaat di ruang konferensi.
sumber : Republika Foto