Jumat 31 Mar 2017 23:41 WIB

Potret Muslim Uighur di Xinjiang (Bagian Pertama)

.

Rep: Thomas Peter/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Seorang lelaki Uighur di Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China. (FOTO : Thomas Peter/Reuters)

Seorang lelaki Uighur memasuki Masjid Id Kah untuk melaksanakan shalat di kota tua Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China. (FOTO : Thomas Peter/Reuters)

Warg aetnis Uighur dengan latar patung mendiang pemimpin China Mao Zedong di Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China. (FOTO : Thomas Peter/Reuters)

Seorang lelaki Uighur menaiki kereta dari Kota Hotan menuju Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China. (FOTO : Thomas Peter/Reuters)

Seorang lelaki Uighur merapikan kumisnya di kedai cukur setempat di kota tua Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China. Peraturan pemerintah setempat melarang pria Uighur memanjangkan jenggot secara berlebihan dengan alasan ekstrimisme. (FOTO : Thomas Peter/Reuters)

Seorang lelaki Uighur menggunakan ponsel di depan Masjid Id Kah di kota tua Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China. (FOTO : Thomas Peter/Reuters)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG -- Muslim Uighur di kawasan otonom Xinjiang memiliki sejarah panjang perlawanan. Dahulu dikenal sebagai daerah Turkistan Timur, kini kawasan ini menjadi daerah otonom yang berada di wilayah negara China. Namun sebutan otonom tidak sepenuhnya otonom. Berbagai aturan yang diterapkan pemerintah pusat China semakin menafikan makna otonomi tadi.

 

Aturan-aturan yang diberlakukan semakin mengikis identitas Suku Uighur sebagai entitas etnis pemeluk Agama Islam. Pelarangan penggunaan bahasa Uighur, daftar nama (muslim) yang tidak boleh digunakan, hingga pelarangan menumbuhkan janggut dan kewajiban menjual minuman beralkohol dan rokok di toko milik warga Uighur

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement