Rabu 19 Apr 2017 21:03 WIB

Katto Bokko, Tradisi Melestarikan Padi Lokal Maros (Bagian Satu)

.

Rep: Rakhmawaty La'lang/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Padi berambut Ase Lapang siap dipanen secara tradisional menggunakan ani-ani (ketam). (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Panen Raya (Katto Bokko) melibatkan berbagai kalangan dan umur, tidak terkecuali anak-anak. (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

RANA: Wanita paruh baya ikut serta dalam prosesi panen raya (Katto Bokko). (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Padi dibawa secara estafet ke jalan utama, kemudian dibawa ke istana kerajaan adat. (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Pemuda mengenakan pakaian adat bersiap membawa padi ase lapang dari lahan sawah tanah adat kerajaan yang khusus ditanami padi ini. (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, MAROS -- Pagi hari,usai serangkaian tahapan rembuk bersama antara para pemangku adat dan masyarakat menentukan hari pelaksanaan panen perdana secara adat di Balla Lompoa. Masyarakat berkumpul menuju  sawah tanah adat kerajaan (Torannu) membawa anai-anai (Katto) untuk mengikuti upacara adat tahunan ”Katto Bokko” sebagai bentuk rasa syukur atas panen raya padi jenis "Ase Lapang". Padi Varietas lokal yang telah dibudidayakan secara turun temurun oleh pewaris Kerajaan (Karaeng) Marusu sejak sekitar abad ke-15. 

Sedikit demi sedikit masyarakat secara sukarela memadati petak sawah seluas  sekitar satu hektar itu. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga orang tua, baik laki-laki dan perempuan dari berbagai kalangan sosial turun bersama mengumpulkan padi berbulu ini. Keberadaan sawah kerajaan ini menjadi acuan, sebelum ritual ini dilaksanakan, sawah-sawah yang berada di sekitar dan dalam kawasan adat Marusu tidak dibolehkan memanen, begitupun saat tanam tiba.

sumber : Republika Foto
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement