Rabu 19 Apr 2017 21:06 WIB

Katto Bokko, Tradisi Melestarikan Padi Lokal Maros (Bagian Dua)

.

Rep: Rakhmawaty La'lang/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi

Padi berambut Ase Lapang dipanen secara tradisional menggunakan ani-ani (ketam). (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Padi berambut Ase Lapang dibawa bergiliran dari sawah tempatnya dipanen menuju Istana Kerajaan Adat Marusu (Kabupaten Maros). (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Setelah rangkaian upacara padi Ase Lapang tersebut dibawa ke gudang peyimpanan di Balla Lompoa (Istana Kerajaan adat) Marusu. (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Setiba di istana, prosesi penerimaan padi dilakukan oleh Raja Adat Marusu ke-24 Andi Waris Karaeng Sioja. (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

Tamu kerajaan dan berbagai kalangan menikmati sajian nasi yang dihasilkan dari beras ase lapang. (FOTO : Rakhmawaty La'lang/Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, MAROS -- Masyarakat terlihat saling berbaur dan  gotong royong memotong padi,  mengumpulkan, ada pula yang memilah. Inilah inti dari ritual Katto Bokko . Ditengah kebersamaan dan silaturahmi terlihat jelas proses transformasi nilai warisan budaya kepada generasi muda yang terlibat. 

Setelah hasil panen terkumpul berupa gulungan padi besar diikat menggunakan rotan, kemudian akan dihiasi  dan diarak oleh puluhan pria dengan mengenakan baju adat tradisional menuju Balla Lompoa. Arak-arakan di sambut dengan prosesi adat oleh Pemangku Adat Kerajaan Marusu, Andi Abdul Waris Karaeng Sioja yang di saksikan jajaran masyarakat adat dan tamu undangan kerajaan diiringi alunan musik tradisional.

Prosesi adat panen raya belum berakhir, padi yang terkumpul  kemudian akan disimpan di Balla Lompoa sebagai suguhan tamu kerajaan, acara adat serta hari besar. Dan beberapa diantaranya disimpan kembali sebagai bibit di upacara adat musim tanam selanjutnya.

sumber : Republika Foto
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement