Kisah Seorang Marbot Musala
Marbot ini gemar menulis opini mengenai kritik kondisi politik di Indonesia..
Rep: Putra M Akbar/ Red: Yogi Ardhi Cahyadi
Marbot Musholla Budi Santoso (72) membersihkan Musholla Pemuda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)
Marbot Musholla Budi Santoso (72) mengikat kotak amal di Musholla Pemuda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)
Marbot Musholla Budi Santoso (72) merapihkan sajadah di Musholla Pemuda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)
Marbot Musholla Budi Santoso (72) merapihkan sajadah di Musholla Pemuda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)
Marbot Musholla Budi Santoso (72) membersihkan Musholla Pemuda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)
Marbot Musholla Budi Santoso (72) membersihkan Musholla Pemuda, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa (27/2). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Menjadi marbot mungkin bukan pilihan profesi bagi banyak orang. Terlepas dari keistimewaan spiritual, secara materi pekerjaan ini tidak banyak menjanjikan.
Dari sekian banyak marbot Budi Santoso adalah salah satunya. Pria berumur 72 tahun ini telah sebelas tahun menjadi marbot musala Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat. Sehari-hari Budi bertugas membersihkan musala yang digunakan oleh warga sekitar dan para musafir ini.
Selama menjalani karirnya sebagai marbot masjid Budi telah mendapatkan pengalaman pahit. Suatu ketika uang yang ada di kotak amal musholla diambil oleh pihak yang tidak bertanggungjawab saat dia sedang beristirahat.
"Makannya saya ikat kotak amal ini dengan tiang mushola agar pengalaman tersebut tidak terulang untuk ketiga kalinya." ujar Budi. Selain menjalani karirnya sebagai marbot musholla Budi juga gemar menulis opini mengenai kritik kondisi politik di Indonesia.
sumber : Republika