Kamis 18 Oct 2018 20:15 WIB

Menengok Penjual Kerupuk Keliling Tuna Netra

..

Red: Mohamad Amin Madani

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra berjalan untuk menjual kerupuknya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra berjalan untuk menjual kerupuknya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra membeli air minum di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra saat memberikan kerupuk yang dijual di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra bergegas untuk menjual kerupuknya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra menghitung uang hasil penjualannya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra beristirahat sejenak di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

Robin (41) penjual kerupuk penyandang tuna netra berjalan untuk menjual kerupuknya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10). (FOTO : Republika/Putra M. Akbar)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keterbatasan tidak menghalangi Robin (41 tahun) untuk berjuang mencari rezeki yang halal. Setiap hari ia berkeiling menjajakan kerupuk dagangannya di kawasan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (18/10).

Robin sudah 39 tahun sebagai penyandang tuna netra akibat terkena penyakit campak saat usia dua tahun. Setiap harinya, ia berkeliling di kawasan Blok S untuk menjual kerupuknya yang dijual dengan harga Rp 20.000 - Rp 25.000, tergantung ukuran. Masih belum meratanya pembangunan trotoar yang ramah untuk penyandang disabilitas di Jakarta membuat Robin harus lebih berhati-hati ketika berkeliling untuk menjual kerupuknya. Republika/Putra M. Akbar

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement