REPUBLIKA.CO.ID, Kejayaan Islam pernah disokong kuat oleh para cendikiawan Muslim non-Arab. Mereka berkonstribusi besar dalam mengembangkan keilmuan Islam pada Abad Pertengahan.
Dalam Muqaddimah-nya, Ibnu Khaldun menegaskan bahwa justru ilmuwan-ilmuwan pada masa itu didominasi non-Arab, mereka ada yang datang dari Turki, Asia Tengah, Iran, dan India.
Nama-nama cendekiawan besar seperti Ibnu Sina, al-Farabi, Abu Hamid al-Ghazali, al-Bukhari, at-Tirmidzi, Ibnu Firnas, dan lain sebagainya, adalah contoh bahwa siapapun berpeluang besar membangun kegemilangan peradaban Islam. Berikut tiga di antara sekian tokoh sarjana Muslim non-Arab:
➢ Al-Farabi
Al-Farabi ini berasal dari Kazakhstan. Ibunya berdarah asli Turki. Filsuf terkemuka dengan karya yang terkenal al-Madinah al-Fadhilah. Kepakarannya menguasai filsafat Yunani dari Plato, Aristoteles, berujung pada penyandangan gelar sebagai muallim at-tsani.
➢ Ibnu Sina
Tokoh yang dikenal dengan Avicenna di Dunia Barat ini, lahir di Bukhara, kini wilayah Uzbekistan. Sebagian besar karyanya tentang kedokteran. Salah satu mahakaryanya adalah al-Qanun fi at-Thib yang menjadi referensi ilmu kedokteran selama berabad-abad. Pada 1978 UNESCO menggelar festival memperingata 100 tahun kelahiran Ibnu Sina.
➢ Bukhari
Bukhara, Uzbekistan, tempat Imam Bukhari dilahirkan. Tokoh bergelar amirul mu’minin fi al-hadits ini, berjasa besar dalam kodifikasi hadi-hadis Rasulullah SAW. Karya monumentalnya di bidang hadis ialah al-Jami’ as-Shahih, yang memuat 9.082 hadis sahih.
Sumber: republika dari berbagai sumber
Pengolah: Nashih Nashrullah