REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Kebakaran hutan di Australia mengancam eksistensi satwa unik dan langka di Pulau Kanguru. Sejauh ini, api telah melahap lahan seluas 155 ribu hektare.
Salah satu satwa langka yang terancam akibat kebakaran di Pulau Kanguru adalah kakatua hitam mengkilap. Ia telah menjadi subjek dari dua dekade kerja konservasi. Pada 1990-an, populasi burung tersebut hanya mencapai 150 ekor. Namun jumlah mereka telah berkembang hingga 400 ekor dalam hitungan terakhir.
Kini eksistensi mereka kembali terancam akibat kebakaran hutan di Pulau Kanguru. "Banyak tempat makan utama dan tempat berkembang biak di pantai utara (Pulau Kanguru) telah hilang," ungkap Daniella Teixeira, ilmuwan yang meneliti burung-burung di University of Queensland, dikutip the Guardian, Selasa (7/1).
Dr Gabriel Crowley dari Centre of Biodiversity and Conservation Science di University of Queensland telah bekerja dalam proyek konservasi kakatua hitam selama 22 tahun. Dia mengatakan ada harapan setidaknya satu kawanan mungkin lolos dari kebakaran hutan dan berpindah ke Dudley Peninsular di timur laut.
Kendati demikian, kawanan kakatua hitam itu kemungkinan kesulitan menemukan makanan. "Mereka memiliki beberapa tempat untuk bersarang dan kehilangan persediaan makanan mereka. Kelangsungan hidup mereka akan bergantung pada upaya pemulihan yang intensif," ujar Crowley.
Namun Crowley mengaku cukup putus asa. "Ini adalah spesies yang sangat menawan dan setiap individu berbeda. Karena jumlahnya sangat sedikit, setiap burung yang hilang adalah tragedi. Setiap betina yang melahirkan sangat penting," kata dia.
Organisasi Kangaroo Island Land for Wildlife memiliki delapan lokasi di lahan privat yang melindungi beberapa spesies terancam punah, termasuk kelinci, kadal khas Australia, kakatua hitam, echidna, dan bandicoot.